Jumat, 21 Desember 2018

Stimulus yang Tepat Untuk Perkembangan Motorik yang Optimal

Ah, membesarkan anak sih gak perlu teori. Nanti malah pusing sendiri. Pake feeling aja.

Pernah dengar pernyataan semacam ini? Saya pernah.

Yang saya pengen tanya, yakin feeling-nya akan selalu benar?

Yaiya sih, membesarkan dan mendidik anak kalau harus selalu sama plek sama teori pasti bakal pusing banget. Tapi bukan berarti kita gak perlu belajar tentang teori-teori pengasuhan.

Apalagi anak-anak kita akan hidup di dunia yang serba cepat, canggih dan persaingan semakin ketat. Gak aa pilihan lain selain membesarkan dan mendidik mereka sesuai jamannya agar mereka bisa survive menghadapi dunia kelak.

Termasuk salah satunya dengan memberikan berbagai stimulus yang tepat, agar motoriknya berkembang dengan optimal. Terutama di masa-masa periode emasnya, yang tidak akan bisa diulang.

Orangtua jaman dulu gak pake teori macam-macam juga baik-baik aja, tetap bisa membesarkan dan mendidik kita dengan baik?!

Ya karna mereka belum punya kemudahan akses informasi seperti yang hari ini kita nikmati 😊 Lagipula, pastilah kita tidak ingin anak-anak kita memiliki kualitas yang jauh lebih baik dari kita hari ini kan?!



Menggunakan KPSP sebagai Acuan

Dulu, saya juga termasuk cenderung cuek dan gak peduli dengan berbagai teori tentang tumbuh kembang anak. Akibatnya, saat ada masalah pada tumbuh kembang Faza, saya blank. Bahkan sedihnya, saya terlambat menyadari, sampai masalahnya cenderung sudah agak telat tertangani. Soal ini, nanti saya ceritakan di bawah ya.

Sejak saat itu, saya mengubah pola pikir. Jika ada teori yang bisa saya gunakan sebagai guide saya dalam mengawal tumbuh kembang Faza, kenapa gak saya manfaatkan sebaik mungkin?

Selama ini, saya menggunakan KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan) sebagai pedoman dalam memantau perkembangan berbagai motorik Faza, baik motorik kasar maupun motorik halus.

KPSP memberikan panduan tentang indikator-indokator perkembangan sesuai usia anak, yang disajikan melalui sebuah pertanyaan yang harus dijawab oleh orangtua secara jujur sesuai kondisi anak. Dari situ, kita akan bisa melihat indikator perkembangan mana yang belum sesuai/dicapai oleh anak.

Setelah tau indikator perkembangan apa yang belum dicapai anak, otomatis kita jadi bisa mencari tau stimulus apa yang tepat untuk diberikan, agar anak bisa mengejar indikator tersebut.

Melalui KPSP, saya juga jadi tau ada beberapa kemampuan yang tadinya saya pikir kecil dan gak penting, ternyata menjadi salah satu indikator perkembangan anak. Contohnya, kemampuan anak mengambil benda berukuran kecil (misal kismis) dengan dua jarinya (telunjuk dan ibu jari). Kemampuan itu menjadi indikator perkembangan di usia 9-21 bulan.

dari tumbuhkembang.info


Kurangnya Stimulus yang Berujung Keterlambatan Perkembangan Motorik Pada Faza




Sekali lagi, sebenarnya saya merasa menjadi salah satu orangtua yang agak terlambat menyadari tentang pentingnya memperhatikan teori tumbuh kembang pada anak. Dari dulu saya baca sih sebenernya, tapi hanya sambil lalu gitu. Tidak merasa harus menerapkan.

Sampai akhirnya, saya seperti merasa tertampar, ketika mendapati kenyataan bahwa Faza mengalami beberapa keterlambatan perkembangan motorik.

Pertama, yang sempat bikin saya sedih sekali, adalah Faza yang terlambat merangkak. Faza baru bisa memajukan tubuh dengan dada saat posisi tengkurap (apa ya istilahnya?) baru di usia 11 bulan. Dan bisa merangkak di usia satu tahun. Terlambat sekali kan?

Penyebabnya karna saya kurang memberi stimulus yang tepat. Faza bayi jarang sekali saya kasih waktu untuk tummy time.

Yang kedua adalah keterlambatan yang hingga saat ini saya masih berusaha untuk menanggulanginya. Faza belum pandai mengunyah.

Penyebabnya cukup complicated. Awalnya, karna sejak bayi Faza termasuk sering muntah. Kedua, yangti dan budhe yang menemani dia saat saya kerja kompak berpemahaman bahwa hingga satu tahun, anak masih harus diberi bubur yang teksturnya lembut. Ketiga, kesalahan teknik menyuapi -- dengan cara memberi minum tiap satu suapan.

Tapi saya tidak hendak menyalahkan siapapun. Gimanapun, saya ibunya. Jika ada yang gak beres dari anak saya, maka artinya saya lah yang lalai.

Lagipula gak ada gunanya kan menyalahkan. Yang lebih penting adalah mengambil langkah-langkah koreksi untuk mengatasi masalah tersebut.

Membiasakan Faza Makan Makanan Padat

Salah satu efek dari kemampuan mengunyah Faza yang masih lemah adalah dia jadi malas makan makanan padat. Sekalinya dikasih makanan padat, seringnya dia telan padahal belum dikunyah dengan benar. Akibatnya ya tersedak, lalu muntah 😭

Lama-lama, dia makin malas makan makanan padat. Maunya tiap lapar minta minum susu. Dan gara-gara itu, berat badannya sempat mendekati obesitas. Untungnya belum.

Huhu, jangan ditanya kayak apa saya galaunya mikirin masalah ini 😕

Akhirnya saya konsultasi ke dokter anak. Oleh dokter, kami dijelaskan panjang lebar tentang kebutuhan gizi anak dan pemenuhannya. Untuk anak seusia Faza, seharusnya presentasenya adalah 70% makanan padat, 30% makanan cair. Artinya, susunya gak boleh lebih dari 400 ml sehari.

Padahal selama ini dalam sehari, Faza bisa minum susu hampir 800 ml -___-

Dokter menekankan, Faza harus dilatih makan makanan padat. Meski tetap harus bertahap.

Gak boleh lagi makan bubur. Makan buah gak boleh terus-terusan dalam bentuk jus. Dokter juga meminta saya sering melatih dia makan dengan memberi cemilan yang bisa merangsang Faza untuk mengunyah, tapi harus memilih cemilan mudah hancur/lumer sebagai awal latihan. Agar Faza gak putus asa dan malas duluan.

Akhirnya, saya mencari-cari cemilan yang tepat untuk Faza. Semesta sepertinya mendukung, ketika akhirnya saya menemukan Monde Boromon Cookies.



Monde Boromon Cookies menjadi pilihan yang tepat untuk Faza karna beberapa alasan:

  • Monde Boromon Cookies merupakan makanan padat yang akan merangsang Faza untuk belajar mengunyah, tapi memiliki teksturnya yang mudah meleleh saat terkena air liur. Jadi aman untuk Faza yang belum terlalu pintar mengunyah dan gampang tersedak.
  • Bentuk Monde Boromon Cookies kecil-kecil, sehingga cocok juga untuk melatih motorik halusnya. Terutama kemampuan mengambil benda kecil dengan dua jari yang menjadi salah satu indikator di KPSP seperti yang saya tulis di atas. Selain itu, karna bentuknya kecil, jadi gak perlu khawatir Faza gak habis. Kalau biskuit, baru dua gigit Faza udah mogok, ya terpaksa ibunya yang menghabiskan. Nah, kalau Monde Boromon Cookies gak ada cerita kayak gitu.
  • Gluten Free. Ini menurut saya istimewa sekali. Monde Boromon Cookies gluten free karna terbuat dari sari pati kentang. Masih jarang banget kan cemilan bayi yang gluten free dengan harga bersahabat?!
  • Memiliki kandungan-kandungan yang baik untuk anak, seperti madu dan DHA.

Sejauh ini, sudah tampak sedikit kemajuan, Alhamdulillah. Faza sudah jarang sekali tersedak dan muntah. Mengunyah makanan padat sudah semakin lancar.


Ngemil juga sudah mulai mau. Meski saya harus cari moment yang tepat. Biasanya saya kasih dia Monde Boromon Cookies saat sedang enjoy. Contohnya saat sedang happy main di taman, biasanya dia akan senang hati disuruh ngemil. Karna kalau momentnya gak tepat, disuruh ngemil pasti kayak ngajak berantem 😂


Semoga dari cerita saya soal beberapa keterlambatan perkembangan motorik yang dialami Faza di atas, ibu-ibu lain bisa mengambil pelajaran. Bahwa stimulus yang tepat sangat dibutuhkan oleh anak, agar perkembangan motoriknya optimal.

Gak ada males-malesan lagi mulai sekarang. Golden moment-nya dalam bertumbuh dan berkembang gak akan terulang seumur hidup. Jangan sampai kita menyesal setelah menyadari semuanya sudah terlambat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah mampir ke rumah maya sederhana saya... tinggalkan kesanmu, ya :)