Rabu, 09 Juni 2021

Cerita Promil Anak Kedua (Part 3)

Halohaaa

Bismillah, mau lanjutin cerita lagi yaaa. Tiap nulis, aku berharap semoga ada manfaat yang dibawa dan sampai ke pembaca dari tulisanku ini. Aamiin.

Jadi bertepatan dengan bulan Ramadan 1142 H alias bulan April 2021 Masehi, aku kembali mengalami apa yang aku alami di bulan Desember 2020 lalu. Yup, keluar flek beberapa hari setelah mens (kalo kali ini tepatnya 2 hari setelah mens), dan berkelanjutan sampe lebih dari hari ke 15 menstruasi.

Sedih bangeeettt, karena bertepatan dengan bulan Ramadan, hiks. Utang puasanya jadi banyak, huhu.

Pada hari ke-10/11 menstruasi akhirnya memutuskan untuk datang lagi ke dokter. Gak mau nunda-nunda lagi. Dan kali ini akhirnya saya bulatkan tekad untuk datang ke dokter sub-spesialis Konsultan Fertilitas. Yang Alhamdulillahnya, di Rumah Sakit yang se-naungan dengan tempat kerja saya, ada dokter konsultan fertilitas perempuan. Tepatnya di Rumah Sakit Islam Sultan Agung, dengan dr. Rini Ariani, Sp.Og, K.Fer.

Saat ketemu dr. Rini Ariani, beliau langsung memeriksa saya melalui -- lagi-lagi -- USG Transvaginal.

Dan, taraaa... sesuatu yang sudah familiar bagi saya, tapi belum pernah saya lihat sebelumnya di hasil pemeriksaan saya sendiri akhirnya.

 


Terlihat folikel-folikel kecil dan banyak di layar. Karena kebetulan saya udah lumayan sering baca-baca artikel yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi wanita -- terutama sejak merencanakan untuk hamil lagi -- saya sudah bisa menduga apa yang terjadi, sebelum dokter menjelaskan.

Dan sesuai perkiraan saya, dokter Rini bilang, arahnya ke PCOS. Karena saya juga mengalami tanda-tanda lain seperti munculnya flek ini, rambut rontok parah berkepanjangan, sering merasa capek, dan tumbuh rambut halus di bagian tubuh tertentu yang sebelumnya nggak ada.

Dokter Rini juga bilang, ada indikasi saya kekurangan vitamin D. Konon, itu problem yang sangat umum pada para pekerja kantoran yang jarang terpapar sinar matahari. Dan setelah cari tau apa sih tanda-tanda vitamin D, saya tercengang. Hampir semuanya ada di aku. Huhu.

Aku juga tercengang membaca dampak dari kekurangan vitamin D ini. Padahal selama ini, minum suplemen vitamin D itu sesuatu yang kurang familiar kan ya. Nggak nyangka ternyata perannya buat tubuh sebesar itu.

Meski begitu, dokter Rini tidak (belum) menganjurkan saya untuk melakukan tes darah (tes lab), mengingat biayanya yang gak bisa dibilang murah, dan menurut beliau gambarannya sudah cukup bisa dilihat dari gejala-gejala yang muncul. Huhu, terharu. Dokter yang pengertian sekali. Karena banyak kan dokter yang menganjurkan tes ini-itu, tanpa kepikiran kemampuan finansial pasiennya. Padahal untuk promil, pemeriksaan yang dilakukaan pasti butuh banyak biaya, Jadi menurut beliau, alangkah lebih baik menekan apa yang bisa ditekan. Kecuali memang kondisi mengharuskan melakukan pemeriksaan tersebut.

Tapi, dokter Rini meminta kami untuk melakukan dua tes yang WAJIB dilakukan jika ingin menjalankan promil. Yaitu, tes analisa sperma untuk suami, dan HSG untuk istri.

Saya sempat nawar. Gimana kalau kondisi yang udah kelihatan bermasalah dibereskan dulu? Dalam kasus saya, hormon kacau yang bikin sel telur saya berukuran kecil-kecil itu yang dibereskan dulu.

Dokter Rini menolak. Beliau dokter yang prosedural sekali. Kalau memang mau promil, ya selain harus tau gimana sel telurnya, juga harus tau gimana spermanya, dan gimana saluran tuba falopinya. Karena percuma jika salah satu diperbaiki, tapi ternyata ada masalah lain yang belum ketahuan.

Baiklah.

Meski jujur saya agak shock sih. Shock-nya karena, wow -- lagi-lagi -- saya nggak nyangka akan ada di fase harus menjalani pemeriksaan-pemeriksaan semacam itu, yang sebelumnya cuma saya dengar lewat cerita.

Tapi yaudahlah ya, Bismillah. Que sera sera, whatever will be will be...

Akhirnya kami pun mengatur jadwal kapan saya akan HSG dan kapan suami analisa sperma. Gimana cerita soal HSG dan analisa sperma ini, lanjut lagi di Part 4 yaaa. Biar gak kepanjangan.