Jumat, 02 Juni 2017

Lika-Liku Belajar Pumping

Lika-liku belajar pumping. Masa pumping pake belajar segala?! Adakah yang mikir seperti itu?

Ada. Yaitu saya 😂

Tapi itu dulu. Jaman saya masih sotoy habis soal dunia menyusui. Saat saya blas belum tau bahwa ungkapan menyusui adalah perjuangan itu bukan sekedar bualan.

Iya, dulu saya berpikir, pumping itu hal mudah bin gampil. Yang penting beli breastpump yang bagus berdasarkan hasil baca banyak review. Lalu tinggal tempelkan itu breastpump ke PD, lalu pompa pompa pompa, dan ASI pun akan mengucur deraaaasss.

Ternyata? ZONK sodara-sodaraaa =D

Dan taukah kalian, itu rasanya perih sekali. Sudahlah ASI keluarnya baru di hari ke-10 setelah melahirkan yang telah sukses membuat monster baby blues sempat mencekik, eehhh begitu ASI keluar lancar masih dilanjutkan drama pumping yang ternyata gak semudah yang saya bayangkan.


Iya, di hari ke-10 pasca melahirkan, Alhamdulillah ASI saya keluar. Tapi saya masih belum pede lepas sufor, karna merasa ASI saya baru sedikit, takut gak cukup untuk Faza. Tapi melalui sebuah komentar di facebook, seorang teman memberi tau, bahwa jika si adek BAK-nya minimal 6 kali dalam 24 jam, artinya ASI saya cukup.

Bismillah, di usia 11 hari Faza gak lagi saya kasih sufor, karna saya pengen tau berapa kali dia BAK kalau cuma minum ASI saya. Biar saya tau ASI saya cukup gak buat dia. Alhamdulillah, ternyata sehari semalam 10 kali pun lebih. Yasudah, fix lepas sufor.

Makin hari ASI semakin lancar. Bahagia tiada tara. Saya pun semangat 45 mau mulai pumping. Iyalah semangat. Perlengkapan menyambut kelahiran Faza yang pertama kali saya beli adalah breastpump. Itu menunjukkan betapa saya sangat semangat pumping. Bayangan freezer yang penuh dengan stok ASIP telah menari-nari di pelupuk mata saya. Haha.

Baca Juga: Menyusun Daftar Perlengkapan Bayi Baru Lahir

Begitu mulai pumping?

TET TOOOTTTT!!

Ketika saya pumping, ASI-nya cuma netes-netes, cuma bikin basah pantat botol, itupun basahnya gak rata. Serius, gak didramatisir. Saya sedih sekali. Sama sedihnya dengan saat menerima kenyataan ASI saya tetap gak keluar sampai hari ke-3. Bahkan saat ASI saya sampai mrembes bikin baju basah di malam hari pun ketika saya pompa, hasilnya gak jauh beda. Mentok terbanyak dapet 20 cc.

Bayangan freezer yang penuh ASIP hancur berkeping-keping, berganti bayangan puluhan botol ASIP, breastpump dan cooler bag yang akan teronggok sia-sia =((

Memasuki bulan ke-2 saya cuti, saat kondisi fisik dan batin mulai membaik, saya gencar membaca berbagai artikel tentang tips-tips pumping. Dan taraaa, tersajilah sekian banyak tips yang siap untuk dipraktekkan. Entah kenapa ini sama sekali gak kepikiran kemarin-kemarin. Benarlah memang kalo ada yang bilang pikiran negatif itu justru menutup mata kita dari sebuah solusi.

Dengan semangat saya mempraktekkan beberapa tips yang saya baca. Tapi gak lama, melihat hasil pumping yang gak kunjung menunjukkan peningkatan, saya patah semangat lagi. melempem. Saya butuh disemangat oleh orang yang pernah mengalami hal yang sama dengan saya langsung. Bukan cuma oleh artikel-artikel yang saya gak tau siapa itu penulisnya. *kebanyakan alasan* 😂

Lalu saya ngechatt Mbak Windi Teguh yang dari salah satu blogpostnya saya tau beliau juga dulu kayak saya gini nasib pumpingnya. Saya juga banyak tanya-tanya ke teman seangkatan saat kuliah. Dan yang palng memompa semangat saya adalah chatt dengan Mbak Idah Ceris. Beliau membaca salah satu komentar saya di status teman blogger yang intinya mengeluhkan kesulitan saya soal pumping. Mbak Idah memberikan beberapa tips, menyemangati dan meyakinkan bahwa saya pasti bisa. Dan bahwa ASI saya pasti cukup.

Ternyata eh ternyata, PD itu butuh kenalan dan pembiasaan dengan alat asing bernama breastpump. Beda sama PD dengan mulut bayi yang memang sudah 'dikenalkan' oleh Allah. Jadi, sekarang saya sudah menemukan kunci dari belajar pumping. Apakah itu? Konsisten! Keluar gak keluar, pompa aja terus. Insya Allah lama-lama ngucur.
ASI yang keluar cukup lama (hari ke-10 setelah melahirkan), cukup membuat saya minder. Rasa minder yang secara gak sadar bikin alam bawah sadar saya jadi pesimis. Merasa ASI saya sedikit. . . Perasaan itu diperkuat dengan kenyataan ASI yang hanya menetes dan cuma bikin basah pantat botol ketika dipompa. Ya Allah, sedih sekali saat itu. Perih melihat breastpump, cooler bag dan botol ASIP yang sudah saya persiapkan sejak jauh hari. Merasa bahwa semua itu akan sia-sia karna ASI saya sedikit dan gak bisa dipompa saking sedikitnya. . . Iya, saya kira pumping itu gampang. Tinggal tempelkan breastpump ke PD, lalu pompa pompa pompa, dan ASI akan mengucur deras. Mungkin ada sebagian orang yang seperti itu. Tapi ada sebagian lagi yang butuh kerja keras untuk itu. . . Maka, syukur saya pada Allah dan terima kasih saya pada Mba @idahceris mba @winditeguh dan @whinihita yang membuat saya gak merasa sendirian dan kembali optimis bahwa saya BISA. . . Jadi, bagi teman-teman yang mengalami hal yang sama dengan saya, yuk semangat. Bagi yang sedang hamil, persiapkan mental karna ternyata menyusui (apalagi kalau harus pumping) itu benar-benar sebuah perjuangan. Persiapan ini yang saya lewatkan dulu. . . Saya membuktikan, ternyata doa, khusnudzon dan konsistensi memang berpengaruh sangat besar. Perjuangan masih panjang. Semoga Allah mampukan. Aamiin. . . #pejuangASI #happypumping #ceritamenyusui
A post shared by Rosa Susan (@rosalinasusanti) on
Alhamdulillah, meski gak sebanjir teman-teman lain yang sampe bisa nyimpan ASIP berfreezer-freezer, saya mulai lancar pumping. Nah, dari beberapa artikel yang saya baca, dan tips yang diberi teman, saya rangkum jadi 2 point di sini untuk teman-teman yang sedang belajar pumping:

1. Berdoa dan berpikir positif (semangat, optimis, jangan stress)
2. Konsisten. Pompa aja terus, minimal sehari 3x. Keluar gak keluar pompa aja terus.

Baca juga: Bicara ASI, Bicara Rizki

Tapi balik lagi ya. Bicara ASI, bicara rizki. Buat teman-teman yang ternyata rizki ASI-nya gak banyak, tetap semangat. Allah pasti kasih rizki dalam bentuk lain :)