Sabtu, 28 Agustus 2021

Cerita Promil Anak Kedua (Part 4): Analisa Sperma dan HSG

Masyaa Allah, akhirnya sampai juga di proses ini. Kadang masih gak nyangka bahwa aku akan melewati episode hidup di mana adegannya adalah punya pengalaman melakukan proses analisa sperma dan HSG (Histerosalpingografi).

Seperti yang aku bilang di postingan sebelumnya, menurut dokterku, 3 hal yang harus dipastikan sebelum memulai program hamil adalah kondisi sel telur, kondisi saluran telur, dan kondisi sperma. Jadi sebelum 3 hal itu diketahui jelas kondisinya, dokterku belum ngasih obat apapun yang arahnya ke program kehamilan.

Kenapa postingan ini jeda cukup lama dengan pasrt sebelumnya? Karena qodarullah, kami diuji dengan beberapa hal yang bikin proses keduanya benar-benar tuntas. Yaudah yuk saya ceritain satu per satu ya.

Baca Part Sebelumnya: Promil Anak Kedua

Analisa Sperma

Tentu saja ini untuk pak suami ya. Haha, ya iyalah!

Kami memutuskan untuk melakukan tes analisa sperma di Rumah Sakit yang beda dengan rumah Sakit tempat kami promil. Karena apa? Karena RS tempat kami promil kan selingkup dengan tempat kerja kami. Otomatis banyak kenalan di situ. Pak suami malu kalau gak sengaja ketemu sama kenalan saat hari tes-nya. Hehehe.

Yaudah aku sih oke aja, yang penting dia nyaman. Akhirnya, kami memutuskan untuk melakukan analisa sperma di RSIA Kusuma -- Rumah Sakit tempat kami kontrol tiap bulan saat aku hamil Faza.

Beberapa hari sebelumnya, saya telfon dulu ke Kusuma untuk membuat janji. Kami memilih hari Sabtu, saat libur kerja. Sebelumnya, kami juga diberitahu bahwa syarat melakukan analisa sperma adalah tidak berhubungan minimal dua hari, dan maksimal 6 hari.

Sabtu pagi kami datang, melakukan pendaftaran lalu diarahkan ke lantai dua. Di lantai dua, kami ketemu dengan petugas laboratoriumnya, lalu diberi penjelasan tentang prosedur yang harus diketahui.

Prosedur yang diberitahu oleh petugas antara lain, sperma sebaiknya dilakukan dengan cara masturbasi. Tapi gak boleh menggunakan bantuan pelumas, sabun, dll. Kalau dengan masturbasi ternyata gak berhasil keluar, diijinkan untuk berhubungan dengan istri. Cuma sebaiknya sebisa mungkin dihindari, demi mendapatkan sampel sperma yang valid, tanpa tercampur dengan cairan vagina istri.

Volume sperma yang keluar juga ada batas minimalnya, cuma kok aku lupa persisnya. Pokoknya kalau yang keluar ternyata kurang dari itu, ya berarti harus diulang lain hari. Wadaw!

Singkat cerita, kami diberi form yang harus diisi (di antaranya tentang jam sperma keluar, cara pengeluaran sperma, dll), ldan diberi tempat untuk menampung sperma (sama seperti tempat untuk menampung urine saat akan tes urine). Lalu kami di arahkan ke ruangan khusus untuk pengeluaran sample sperma. Oh ya, yang lucu adalah, petugasnya kelihatan grogi banget waktu menjelaskan prosedur-prosedur di atas. Hehehe. Mungkin masnya belum nikah.

Ruangan yang digunakan untuk ruang pengambilan sample sperma kayaknya bekas ruangan petinggi RS gitu. Hihi. Jadi cuma ada sofa, AC, TV, lemari, washtafel. Ohya, dengan pintu yang bisa dikunci tentu saja.

Singkat cerita, setelah sperma berhasil keluar, kami segera menyerahkan sampelnya ke petugas. Hasilnya baru bisa diambil Senin, karna saat itu hari Sabtu, dan Ahad tentu saja libur.

Senin sepulang kerja kami ambil hasilnya. Keesokan harinya, kami bawa hasilnya ke dokter Rini, dan dokter Rini bilang gak ada masalah dengan kualitas spermanya. Alhamdulillah.

Ohya, biasa analisa sperma di RSIA Kusuma Semarang sebesar 200 ribu. Lebih dikit (untuk kalo ditambah administrasi).

HSG (Histerosalpingografi)

Histerosalpingografi atau sering disebut dengan istilah HSG adalah sebuah prosedur yang dilakukan untuk melihat apakah ada sumbatan pada saluran telur atau saluran tuba falopi, atau tidak. Karena jika ada sumbatan, maka sperma gak akan bisa ketemu dengan sel telur. Caranya yaitu dengan memasukkan cairan kontras ke dalam tuba falopi, kemudian difoto. Ini tuh mirip foto rontgen gitu. Cuma sebelumnya harus dimasukkan cairan kontras dulu.

Proses HSG yang aku jalani, bisa dibilang agak drama. Hehe. Dan ini yang bikin cerita tentang promil anak kedua agak tertunda lama. Soalnya aku pengen nulisnya setelah HSG bener-bener clear.

Jadi ceritanya, di Rumah Sakit Islam Sultan Agung tempat saya promil, alat untuk HSG sedang rusak, jadi saya harus HSG di Rumah Sakit lain. Kami memutuskan untuk HSG di RSIA Kusuma Pradja Semarang, sama dengan saat suami analisa sperma.

HSG ini hanya boleh dilakukan antara hari ke 9-12 menstruasi. Jadi gak bisa dilakukan sewaktu-waktu. Saat itu, kalo gak salah saya HSG di RSIA Kusuma Pradja pada hari ke-10 menstruasi. Tapi harus bikin janji dulu sebelumnya. Saya bikin janjinya via telfon. Selain hanya boleh dilakukan pada hari ke 9-12 menstruasi, sebelum HSG juga gak boleh berhubungan minimal sejak 2 hari sebelumnya.

Pada hari yang ditentukan, kami datang sekitar jam 9 ke RSIA Kusuma Pradja. Saya bawa bekal kain sarung, cadangan celana dalam, dan pembalut wanita. Ini enggak disuruh sih, inisiatif pribadi aja berdasarkan hasil googling, hehehe.

Singkat cerita, saya dipersilakan masuk ke ruang radiologi, lalu diminta untuk ganti baju dengan baju yang sudah disediakan. Saya juga dipersilakan untuk buang air kecil dulu, di kamar mandi yang ada di dalam ruang radiologi tersebut.

Setelah itu, saya diminta untuk naik semacam meja, yang dilengkapi kamera -- yang merupakan si alat HSG-nya itu. Sayangnya saya gak ambil gambarnya. Jadi saya ambilin dari google aja ya.

 

HSG
Credit: listofhappiness.com

Kemudian dokter melakukan prosedur-prosedur yang sesuai dengan pengalaman orang-orang yang saya baca di internet. Sakit? Enggak. Cuma gak nyaman aja. Yah namanya juga organ intim yang di 'obok-obok'. Pasti gak nyaman lah.

Cumaa yang bikin saya shock adalah, gak lama berselang sejak dokter memulai prosedur, beliau tiba-tiba bilang, "lho, kok gak bisa masuk?". DEG! Aku langsung agak panik. Dokter nyoba lagi, terus bilang lagi, "tuh kan gak bisa masuk". Beliau nyoba lagi, lalu kasih instruksi ke asistennya yang kemudian bilang ke aku, "kami akan menyemprotkan cairan kontras ya, Bu. Mungkin  akan sedikit mules, tarik nafas, ya".

Kemudian dokter memberikan aba-aba, dan mengambil foto. Asistennya masuk ke ruangan kecil, kemudian bilang, "Cairannya gak masuk sama sekali, dok". Terus dokternya langsung bilang, "Wah yowis, nyerah."

Jelas saya makin mlongo. Kaget, panik, takut, overthinking, campur aduk jadi satu. Aku nyoba tanya kenapa kok gak bisa masuk, dokternya cuma jawab singkat, "ya berarti ada sumbatan". Udah, gitu doang, lalu pergi. Meninggalkan aku dengan segala ke-overthinking-anku. *CRY*.

 

hasil HSG

Keluar dari ruangan HSG, mas suami yang dari tadi nungguin di depan karena emang gak boleh ikut masuk tanya gimana, dan seketika itu aku nangis sejadi-jadinya. Mentalku jatuh sejatuh-jatuhnya. Optimismeku sirna. Dahlah pokoknya saat itu semua perasaan negatif campur aduk jadi satu.

Soalnya aku tau, kalo ada masalah dengan salurannya, artinya jalan keluarnya adalah operasi. Atau bayi tabung. Yang mana dua-duanya butuh biaya sangat besar.

Berhari-hari setelahnya hidupku rasanya suram banget. Soal ini nanti deh aku cerita di part selanjutnya.

Long story short, saya membawa hasil tertulis atas HSG hari itu ke dokter Rini - dokter kandungan saya di RSI Sultan Agung. Dokter Rini kaget, heran, sekaligus gak percaya. "Ah, masa sih gak bisa masuk?"

Lalu dokter Rini memutuskan untuk mengecek langsung dengan mencoba memasukkan alat entah apa gitu lah. Sejenis pemeriksaan dalam gitu. lalu dokter Rini bilang, "Ini bisa masuk kok". Huaaa, baru gitu aja saya udah agak lega. Meski tetep belum ketauan kondisi tuba falopi saya.

Oleh dokter Rini akhirnya saya disarankan untuk HSG ulang di Rumah Sakit berbeda. Dokter Rini menyarankan antara di RS Tlogorejo atau RS Dr. Kariadi. Setelah survey, akhirnya saya memutuskan untuk HSG ulang di RS Dr. Kariadi.

Tapi HSG ulang ini tertunda karena saya kembali mengalami flek berkepanjangan seperti Ramadan lalu. Hiks. bahkan sudah minum regumen pun, masih tetep flek. Padahal sebelumnya setelah minum Regumen, flek langsung berhenti. Akhirnya saya konsul ke dr. Rini via WA. Ya Allah, terharu banget aku tuh tiap ketemu dokter baik hati gini, yang gak sungkan membalas pertanyaan pasien melalui chatt.

Dokter Rini langsung ngasih resep baru, dan ngasih arahan untuk melakukan HSG setelah siklus menstruasinya teratur lagi alias sudah gak flek-flek lagi.

Resep yang beliau kasih adalah Diane. Yang juga merupakan pil KB. Hihi, gimana ceritanya promil malah dikasih pil KB?

Ternyata eh ternyata, pil KB itu juga bisa berfungsi sebagai pengatur hormon agar siklus menstruasi menjadi teratur kembali.

Setelah dua kali putaran resep (1 kali resep untuk 1 bulan), Alhamdulillah saya udah gak flek-flek lagi. Bismillah, saatnya HSG (lagi).

HSG Kedua

HSG kedua ternyata masih ada halangan berikutnya. Haha.

Waktu itu, saya dengan sotoy-nya asal datang ke Kariadi tanpa bikin janji dulu. Saya datang di hari ke 12, karena kebetulan bulan itu sampai hari ke 9, sedangkan hari ke 10-nya hari Sabtu (libur). Jadi mau gak mau baru bisa datang pas hari Senin.

Begitu sampai di Kariadi, saya daftar untuk ke Radiologi. Di Radiologi, mbak-mbak CS-nya bilang dikonsulkan dulu. Hasilnya, hari itu sudah gak bisa, karena dokter radiologi perempuan sudah full pasiennya. Yep, saya minta dokternya harus perempuan. Saya patah hati lagi tuh hari itu. Rasanya udah pengen segera tau hasilnya, dan biar bisa segera melangkah ke step berikutnya. Ini udah 3 bulanan stuck gara-gara HSG.

Saat itu saya diarahkan untuk kembali bulan depannya. Dengan catatan, hari pertama mens saya harus konfirmasi melalui telfon ke poli Radiologi, agak bisa dijadwalkan untuk HSG.

Saat menstruasi berikutnya datang, saya segera telfon ke Kariadi. Dan langsung dijadwalkan HSG tanggal 6 Agustus 2021. Pada tanggal tersebut, kami datang lagi ke Poli Radiologi Paviliun Garuda RS Dr. Kariadi. Setelah beres proses pendaftaran, saya diminta ke kasir dulu untuk membayar (info harga ada di akhir tulisan ini ya). Setelah dari kasir, saya diminta untuk ke Radiologi Sentral.

Nunggunya Alhamdulillah gak terlalu lama. Mungkin karena saya pasien umum, bukan BPJS, jadi antriannya cenderung lebih pendek.

Pertama, aku dipanggil masuk oleh dua orang petugas yang masih muda-muda. Kemudian mereka tanya beberapa pertanyaan. Seperti, apakah sudah pernah hamil, sudah pernah melahirkan, melahirkannya sesar atau normal, dll. Mereka juga menjelaskan secara singkat prosedur HSG yang akan aku jalani beberapa saat lagi. Setelah itu, saya dipersilakan untuk menunggu di luar lagi, karena mereka akan menyiapkan alatnya dulu.

Sampai sini, kesan pertama yang aku dapat adalah, petugasnya ramah banget! Friendly. Ruangannya juga terlihat jauh lebih proper dibanding di RSIA Kusuma.

Selang 15 menit-an, saya kembali dipanggil. Sama seperti di Kusuma, saya diminta untuk ganti baju, dan mengosongkan kandung kemih alias buang air kecil. Setelah itu diminta untuk berbaring di atas meja untuk HSG.

Petugasnya ternyata lebih dari dua orang tadi. Ada sekitar 4-5 orang. Perempuan semua, dan Alhamdulillah ramah semua. Jadi bukannya bikin risih, malah aku-nya jadi nyaman. Engga tegang, karena mereka ngajakin ngobrol. Oleh salah satu petugas, aku diberi tau bahwa akan dilakukan pengambilan foto awal. Setelah itu, aku disuruh nunggu bentar, karna dokternya sedang siap-siap.

Selang kurang lebih 5 menit, dokternya datang. Dokternya masih muda sekali, dan RAMAH JUGA. Ya Allah beneran deh aku terharu tiap ketemu nakes yang ramah gini. Waktu di Kusuma, dokternya mana ada ngajak ngobrol basa-basi, enggak sama sekali!

Oh ya, gak lupa aku juga cerita ke dokternya bahwa ini merupakan HSG keduaku, karena yang pertama gagal. Aku juga bawa hasil HSG dari Kusuma. Dengan sangat menenangkan dokternya bilang, "ya udah, Bismillah ya Bu, semoga yang kali ini berhasil"

Oke, saat proses HSG dimulai. Pertama, dokter membersihkan dulu area luar dan dalam vagina. Kemudian mulai memasukkan selang untuk memasukkan cairan kontras. Dan ternyata, dokter juga menemui kesulitan 😢

Bedanya, kali ini dokternya menyampaikan dengan cara yang sangat menenangkan. Beliau mengatakan, "Ibu, ternyata ini memang ada penyulitnya. Jadi sedikit agak lama mungkin ya, Bu".

Saya langsung agak panik lagi, "Terus gimana dok, gak bisa berarti?"

"Semoga bisa. Saya coba lagi ya, Bu" jawab dokternya.

Kemudian dokternya tampak sangat berusaha. Beberapa kali menginstruksikan kepada asistennya untuk minta diambilkan alat yang lain. Sampai akhirnya, Alhamdulillah cairan kontrasnya bisa masuk, dan gambar bisa diambil! Alhamdulillah ya Allah.

Dokternya bilang lagi, dari hasil foto-nya sih bagus, gak ada sumbatan di tuba falopi alias paten, cuma pas masukin selang di awal aja agak ada sumbatan.

 

hasil HSG
 

Singkat cerita, HSG selesai. Hasilnya foto dan keterangan tertulisnya baru bisa diambil Senin pekan depannya.

Dah ah, udah panjang banget.

Oh ya, hampir lupa info harga.

HSG di RSIA Kusuma Pradja tahun kurang lebih 1 juta. Tapi karna saat aku HSG di sana ternyata gak berhasil, aku disuruh bayar 400ribu.

Sedangkan di RS Dr. Kariadi, HSG plus administrasi 616.000 saja. Dengan pelayanan yang jauuhhh lebih baik. Jadi teman-teman di sekitar Semarang yang mau HSG, aku sarankan di Kariadi aja.

Semoga teman-teman sehat selalu dan dimudahkan segala urusannya yaaa :)