Sabtu, 15 Agustus 2020

#CeritaFaza: Fase Threenager

Selamat tinggal masa tantrum, selamat datang masa drama. Hihihi.

Konon, masa-masa anak usia dua tahun itu seringkali diisi dengan seringnya si anak tantrum. Hampir tiap hari. Dulu saya ingin mengingkari teori itu. Ah, enggak. Anakku pasti manis. No tantrum-tantrum club.

Ternyata? HAHAHA. Bye-bye impian, selamat datang kenyataan. Faza tantrum hampir setiap hari di masa dua tahunnya. Dan itu bikin capek. Banget.

 


Sejak saat itu, saya memilih untuk percaya sama teori selanjutnya, yaitu tentang fase tiga tahun yang sering diberi istilah threenager, dan berharap fase itu segera datang, hihihi.

Kenapa disebut threenager? Karna anak usia tiga tahun konon polah tingkahnya bakal mirip seperti anak Teenager. Suka berargumen, mau coba melakukan segala sesuatunya sendiri, suka ngambek, dll. Wow, kayaknya akan jauh lebih ringan ya dibanding fase terible two.

Dan ternyata bener!

Semua yang dikatakan teori tentang threenager itu terjadi pada Faza. Sejak masuk usia dua tahun, dia udah hampir nggak pernah tantrum. Udah lebih bisa dikasih pengertian. Di fase terible two, saat ada yang nggak sesuai keinginannya, respon yang dia tunjukkan adalah dengan nangis teriak-teriak. Kadang ditambah pukul-pukul nggak karuan.

Di fase threenager, saat ada yang nggak sesuai dengan keinginannya, dia akan berargumen saat kami memberi pengertian. Saat argumentasinya nggak bisa kami terima, dia akan ngambek. Ngambeknya beneran mirip sama anak teenager. Hihihi.

Setelah masuk usia tiga tahun, Alhamdulillah Faza tergolong sudah bisa mengelola emosi dengan sangat baik. Mungkin karna di usia 2 tahun, saya memang cenderung fokus mengenalkan beragam emosi ke dia, dan cara mengelolanya.

Jadi catatan penting yang harus saya garisbawahi adalah, jika ingin masa tantrum tidak berkepanjangan, fokus mengenalkan emosi ke anak di masa tantrumnya. Tentang senang, sedih, marah, kecewa. Beri label untuk semua emosinya, dan beri tahu dia gimana cara menyalurkan emosinya itu dengan benar.

Soalnya ada juga anak teman saya yang sudah masuk usia tiga tahun tapi masih struggling sama masalah emosi anaknya yang meledak-ledak. Yah meskipun mungkin ada faktor karakter tiap anak memang beda.

Di usia tiga tahun ini, kemampuan Faza mengolah kata semakin luar biasa, Masyaa Allah. Berbanding lurus dengan kemampuan berargumennya, eerrrrr -_-

Tidak jarang, saya dan ayahnya kadang harus terdiam lamaaa untuk mikirin harus jawab apa. Saking masuk akalnya argumentasinya dia.

Dari sisi kemandirian, sepertinya ayahnya punya perna yang jauh lebih besar dibanding saya. Gimana lagi, Faza kalo sama ibu pasti manja sekali, huhu. Disuruh belajar pakai dan lepas baju dan celana sendiri aja bisa nangis bombay kalo sama ibu. Padahal kalau sama ayah mau. Sekarang Alhamdulillah udah mulai lancar, meski masih butuh sedikit bantuan.

Ambil minum sendiri ke dispenser juga sudah pandai. Makan sendiri sudah tidak terlalu berantakan. Wow, anakku sudah besar!

Nah, tapi saya punya kegalauan di fase threenager ini. Saya bertanya-tanya, kenapa Faza belum punya ketertarikan sama kegiatan yang menggunakan alat tulis? Lalu kapan waktu yang tepat mengenalkan huruf dan angka ke dia? Karna di satu sisi, saya ingin segera mengenalkan, takut telat. Di sisi lain, saya nggak ingin maksa dan bikin dia jadi punya kesan pertama yang buruk dengan angka dan huruf.

Tadinya, saya berencana masukin dia ke PAUD kan tahun ini. Tapi apa daya, qodarullah ada pandemi Covid-19. Mau maksa didaftarin, yang ada paling ibunya yang ngerjain tugas. Sudahlah bayar, eh nggak maksimal dampaknya ke anak. Jadi ya sudah memutuskan untuk ditunda tahun depan. Semoga pandemi segera berakhir.

Huhu, galaw!