Rabu, 21 November 2018

Review Baju Menyusui dari Mooimom

Hamil dan menyusui konon merupakan fase yang akan mengubah perempuan secara besar-besaran. Sikap, kedewasaan, prioritas, atau bahkan penampilan.


Yah, kasarnya sih, hamil dan menyusui seringkali bikin perempuan jadi lebih menurun tingkat kemodisannya. Jika saat masih single yang jadi prioritas adalah warna yang matching, enak di lihat, bla bla bla, setelah punya anak sih itu semua jadi nomor sekian.

Yang penting apa? Tentu saja yang penting nyaman dan ada bukaan depannya alias akses untuk menyusuinya. Yaiyalah, mau semodis apapun, lalu tiba-tiba anak crancky, emak bisa kelimpungan kalau gak bisa ngeluarin jimat alias nenen 😂 Bisa-bisa emaknya bisa ikutan cranky.

Yup, bagi saya pribadi, hal utama yang harus ada di semua baju yang saya pakai adalah ada akses menyusuinya. Pun baju yang saya pakai ketika lagi gak sama Faza (saat kerja, misalnya), karna saya harus tetap pumping, dan ini susah banget kalau bajunya gak ada akses menyusuinya.

Bahkan kebiasaan untuk menyiapkan akses menyusui di baju-baju saya ini sudah saya lakukan sejak sebelum nikah lho. Haha. Waktu itu mikirnya untuk persiapan, dan jika nanti punya anak biar bajunya tetap bisa dipakai 😀 Sungguh visioner ya saya ternyata.

Tapi, adakalanya saya bosan dengan model baju yang gitu-gitu saja. Kalo gak kancing depan, ya resleting depan. Lagipula jika bajunya berkancing depan, saya kadang merasa kerepotan saat Faza sedang gak sabaran minta nenennya. Bukanya kan satu-satu dan kadang susah ya. Suka gemes sendiri.

Sedangkan jika pakainya resleting depan, dan bajunya saya pakai ketika bepergian, saya sering kasihan mendapati bekas tonjolan resleting yang lumayan runcing di dahi Faza setelah dia tidur dengan bersandar di dada saya. Kasihan, pasti dia gak nyaman.

Saya bukan tipe orang yang modis soal berpakaian. Jadi sama sekali gak pernah ngikuti macam-macam model baju. Makanya sesempit itu pengetahuan saya soal model pakaian. Yang saya tau, baju untuk ibu menyusui ya kalau gak kancing depan, berarti resleting depan.

Eh ternyata enggak ya 😂 Mooimom ternyata punya baju menyusui yang gak pakai kancing maupun resleting.

Review Baju Menyusui dari Mooimom



 
Saya takjub (dan agak norak) ketika pertama kali memiliki Navy Striped Long Sleeves Nursing Shirt Baju Hamil Menyusui dari Mooimom. Takjub karna menurut saya modelnya brilian banget. Simpel sih, tapi kok saya gak pernah kepikiran yaa baju menyusui bisa kayak gitu modelnya. Haha. Jadi ketika Faza minta nenen, langsung aja deh singkap, tanpa ribet buka kancing atau resleting.


Akses menyusui
 
Dan bahan kaosnya itu lhooo, nyaman sekali Masyaa Allah. Adem, lembut dan menyerap keringat.

Bahan yang nyaman juga salah satu kunci untuk sebuah baju menyusui. Karna masa menyusui, artinya sama dengan masa ke mana-mana riweuh gendhong anak. Jadi pastilah rawan keringetan banget. Apa kabar kalau baju menyusui yang kita pakai gak menyerap keringat dan bahannya gak nyaman dipakai? Yah kecuali kalo satu anak satu nanny mungkin beda cerita ya 😆

Kualitas jahitan, jangan ditanya deh. Rapi jali. Setelah dicuci, bahannya juga gak jadi melar. Tapi saya nyucinya gak pakai mesin cuci sih kalo yang tipe bahan seperti mooimom ini. Baju bagus mah disayang-sayang. Hehe.

Kayaknya baju ini akan jadi baju CKP sih, alias Cuci-Kering-Pakai. Habis baju menyusui saya yang lain belum ada yang senyaman ini. Semoga kapan-kapan ada rejeki lagi biar koleksi baju menyusui dari Mooimom bisa nambah 😍

Duh, maapin yaaa siang-siang tebar racun. Hahaha.

Kalau buibu mau ngintipin juga koleksi baju menyusui Mooimom yang lain, langsung aja deh cuuss meluncur ke website-nya Mooimom, atau akun FB dan akun IG-nya mereka. Gak cuma baju menyusui sih, segala perlengkapan perang untuk ibu-ibu lengkap di sana. Tinggal siapain M-Banking aja 😂

Kamis, 08 November 2018

Demam Naik Turun Selama 10 Hari, Faza Sakit Apa?



Demam naik turun terus selama sepuluh hari, Faza sakit apa?

Pertanyaan itu terus berputar di kepala saya sepulu hari ke belakang kemarin. Pertanyaan yang bikin saya galau maksimal, gak tenang sepanjang hari, dan gak bisa kerja selama di kantor. Bener-bener blank. Huhu.

Jadi ceritanya, sehari setelah pulang berkunjung dari rumah Pakdhenya Faza alias kakak saya di Purworejo, Faza badannya anget. Tapi kami masih santai. Oh, paling karna kecapekan. Kami pantau demamnya dengan termometer. Dan karna panasnya sempat nyentuh angka 39 derajat, akhirnya kami memberinya parasetamol.

Demamnya sempet turun sebentar, tapi kemudian naik lagi. Sampai pagi Faza gak membaik. Sampai akhirnya saya memutuskan gak masuk kantor, dan memeriksakan Faza ke dokter keluarga (Faskes 1 BPJS).

Hasilnya standar aja sih. Batuk pilek. Saya juga nganggepnya juga gitu. Masih santai. Dikasih parasetamol dan antibiotik aja.

Tapi sampai obat habis, masih gak menunjukkan tanda-tanda Faza sehat. Panasnya naik-turun terus. Saya pun mulai was-was.

Yang perlu diingat, demam bukanlah penyakit, melainkan tanda bahwa ada sesuatu yang gak beres di dalam tubuh. Demam merupakan respon alami tubuh untuk melawan virus/bakteri yang sedang menyerang tubuh.  Makanya saya was-was memikirkan, ini virus/bakteri apaaa yang sedang bercokol di dalam tubuh Faza.

Hari Senin saya minta tolong ke akungnya untuk membawa Faza lagi ke dokter keluarga. Saya gak bisa ijin karna ada deadline kerjaan 😭

Oleh dokter, akhirnya Faza diminta untuk cek lab. Saya dikabari akungnya siang hari, langsung deh seketika nangis sesenggukan. Pertama bayangin Faza diambil darahnya, kedua parno bayangin hasil lab-nya. Saya takut banget Faza positif DB atau typhus 😭

Sepulang kerja, saya melihat hasil labnya, dan keparnoan saya makin menjadi-jadi. Karna beberapa angka menunjukkan ketidaknormalan. Contohnya, trombosit yang ada di bawah angka normal. Hemoglobin yang justru lebih tinggi dari angka normal, dll.

Sebagai emak milenial, tentu saja saya langsung googling cari tau itu kenapaaa bisa gitu angkanya. Dan seperti biasa, bukannya dapat pencerahan, saya malah makin parno. Hasil googlingnya serem-serem amat 😭

Ditambah lagi, paginya kami bawa Faza ke DSA di Hermina Banyumanik untuk mengonsultasikan hasil lab tersebut. Kebetulan, DSA yang biasa kami kunjungi kebetulan lagi gak praktek. Dengan pertimbangan biar Faza dapet penanganan secepat mungkin, akhirnya kami pindah ke DSA lain, yang belum kami tau sama sekali seperti apa track recordnya.

Dan bener aja. Kami keluar dari ruang praktek DSA dengan sangat tidak puas dan tanda tanya yang makin memenuhi kepala. Ya gimana enggak, dokternya ga jelasin apa-apa soal hasil lab-nya Faza. Waktu saya tanya, beliau malah menunjukkan raut bingung seolah berkata, "Iya ya, kok gini ya hasilnya, ini kenapa ya?" 😭

Sebelum keluar saya tanya lagi, "Terus ini diagnosanya apa ya, dok?"

Jawabnya, "Kayaknya radang sih". KAYAKNYA loh! *mulai emosi*

Beliaunya bilang, kalo 3 hari masih demam naik-turun, maka harus cek lab ulang. Huaaa, makin gak karuan rasanya hati ini.

Dan beneran aja, 3 hari berikutnya, demamnya Faza masih aweetttt banget. Batuknya aja yang lumayan berkurang.

Akhirnya ya lab lagi. Alhamdulillah kali ini angkanya sudah normal semua 😭😭😭

Malemnya kami konsultasi ke Hermina. Puji syukur sebanyak-banyaknya, karna saat itu dokter anak yang sebelumnya gak praktek, jadi kami diijinin ganti dokter. Akhirnya kami kembali ke DSA awal-nya Faza. Huhu, terharuu... ini namanya rejeki.

Kali ini kami mendapatkan penjelasan panjang lebar. Dokter bilang, diagnosa sementara memang radang. Tapi kalo seminggu ke depan masih demam, maka harus observasi lebih lanjut.

Faza diperiksa penisnya, takutnya ada kotoran yang bikin infeksi. Tenggorokan juga dilihat. Lalu dokter juga memeriksa perutnya Faza yang saat itu kencang sekali dan kembung. Setelah melihat resep obat sebelumnya, beliau bilang ada obat yang salah satu efek sampingnya bikin perut melilit dan kembung.

Pantesan beberapa kali Faza ngeluh perutnya sakit 😢

Gak cuma itu, kami juga dijelasin panjang lebar soal kebutuhan kalori anak seusia Faza. Berapa persen yang harusnya terdiri dari makanan padat, dan berapa persen cair, Yang kesimpulannya, konsumsi susu Faza harus dikurangi.

Diet yaaa, Nak 😁

Setelah itu kami dikasih rujukan agar Faza di nebul karna dahaknya Faza banyaakk banget dan bikin grok-grok. Nebul beres, kami ke apotek rumah sakit. Eh ternyata resep kali ini obatnya gak ada yang bisa dicover BPJS 😂

Gakpapa yang penting Faza sembuh Ya Allah.

Dan ALHAMDULILLAH, setelah dua hari minum obat, demamnya Faza pergiiii 😭

Ini bener-bener pengalaman Faza demam pertama kali. Udah pernah demam sih sebelumnya, tapi karna imunisasi yang paling lama 2 hari udah sehat lagi.

Pelajaran yang bisa diambil adalah, kalo anak sakit gak usah kebanyakan googling buibuuu. Bikin stress 😅

Udah sih gitu aja ceritanya. Maaf yaaa kalo kurang berfaedah 😅

Jumat, 02 November 2018

Bijak Ketika Anak Sakit

Postingan di awal bulan November yang (sayangnya) harus bermuatan kelabu. Huhu.

Dan 90% akan berisi curhatan emak yang lagi galau anaknya sakit 😂

Ini ceritanya ilustrasi saya yg seminggu ini gak pernah bisa tidur nyenyak karna Faza sakit 😂 Ambil dr Pixabay.

Iya, sudah seminggu ini Faza sakit. Demamnya naik-turun. Batuknya, haduuhhh... bikin ngilu. Batuk berdahak.

Faza termasuk jaraaang sekali sakit, Alhamdulillah. Makanya sekalinya sakit, saya dan masuami bawannya galau terus. Apalagi kemarin Faza akhirnya harus cek lab juga, dan hasilnya makin bikin galau. Angka hasil lab-nya mengindikasinya Faza terinfeksi virus. Sampai sekarang masih observasi, dan hari ini harus cek lab ulang.

Saya lalu menarik mundur beberapa hari sebelum Faza sakit. Kebetulan kami baru saja berkunjung ke rumah seorang kerabat. Kerabat tersebut juga punya anak yang sedikit lebih tua dari Faza.

Faza tentu saja girang sekali punya teman main. Nah, kebetulan pula, anak si kerabat tersebut sedang sakit batuk lumayan parah. Batuk berdahak.

Saya melihat beberapa kali, ketika tengah bermain bersama, si anak kerabat batuk-batuk tepat di depan Faza tanpa menutupi mulutnya.

Miriiiiis sekali rasanya hati saya saat itu, Bu 😭

Ingin sekali rasanya saya mengingatkan, "Kak, mulutnya ditutup yaa kalau batuk"

Atau ingin sekali saya menarik Faza dan bilang, "Faza, siniii sama Ibu"

Tapi saya gak punya cukup keberanian 😭 Saya takut ibu si anak tersinggung, karna saya tau beliaunya tipe yang cukup sensitif soal ginian. Huhu.

Saya gak menyalahkan si kerabat saya beserta anaknya atas sakitnya Faza.

Tapi saya mengambil pelajaran untuk diri saya sendiri melalui kasus ini.

Bahwa ketika anak sakit dan sakitnya mudah menular ke anak lain, mari menjadi bijak. Bijak untuk berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga anak kita agar jangan sampai menularkan sakitnya ke anak lain.

Misalnya dengan mengisolasi anak sementara dari teman-temannya, sembari memberi pengertian. Atau dengan mengajari, misal anak batuk, ajari dia untuk menutup mulutnya saat batuk atau dengan menjauh sebentar dari teman-temannya.

Atau misalnya saya sedang lalai, dan ada orangtua lain yang mengingatkan, "Dek Faza lagi pilek, jangan dekat-dekat temannya dulu ya", harusnya saya gak perlu tersinggung. Semoga saya inget terus soal ini.

Saya sadar diri, sebagai ibu, sayang saya pada anak kadang gak proporsional. Misal, saat anak salah dan diingatkan orang lain, kita tersinggung. Marah. Saking sayangnya sama anak. (Emm atau jangan-jangan saking tingginya ego kita ya?)

Gitu lah pokoknya. Intinya saya belajar banyak dari sakitnya Faza kali ini.

Ending postingan ini benar-benar anti-klimaks 😂