Jumat, 10 Januari 2020

Pelajaran Tentang Keluarga Dari Film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini

Akhirnya nulis lagi di sini!

Saya bukan termasuk orang yang hobi nonton. Tapi adakalanya ada film-film tertentu yang saya merasa 'wah, kayaknya harus nonton nih!'. Dan entah kenapa, seringnya yang saya pengen banget nonton adalah film-film bertema keluarga.

Kemarin akhirnya nonton lagi, setelah setahun lalu (di bulan Januari juga) nonton Film Keluarga Cemara. Yang saya tonton, apalagi kalau bukan film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Tadinya bingung sih mau nulis tentang film ini di blog ini, atau di rosasusan.com. Tapi karna yang pengen saya tulis adalah pelajaran tentang keluarga yang bisa diambil dari film ini, kayaknya lebih cocok saya tulis di blog ini :)

Ohya, mungkin sedikit banyak tulisan ini akan mengandung spoiler. Mohon maaf. Kalau yang nggak berkenan, jangan lanjut baca ya. Sampai sini aja :)



Film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini bercerita tentang sebuah keluarga. Terdiri dari ayah ibu dan tiga anaknya. Konflik yang disajikan adalah seputar hubungan antar anggota keluarga. Terutama hubungan ayah dan anak-anaknya.

Sepanjang nonton, benak saya penuh dengan kilasan-kilasan wajah keluarga saya. Karna kebetulan, semua tokoh utama di film NKCTHI ada semua cerminannya dalam diri orang-orang terdekat saya. Lihat ayahnya ingat bapak dan mertua. Lihat Angkasa ingat kakak sulung dan anak sulung saya. Lihat Aurora ingat kakak laki-laki dan suami saya. Lihat Awan, ingat diri saya sendiri. Hehehe.

Maka, nggak bisa dipungkiri, selama nonton, otak saya juga sambil terus berpikir. Apa yaa pelajaran yang bisa saya ambil dari film ini? Dan berikut ini, adalah beberapa pelajaran yang akhirnya berhasil saya dapatkan, setelah merenung dan meresapi cerita film Nanti Kita Cerita Tentang Hari ini.

Pelajaran dari sisi sebagai sosok orangtua

Saya percaya, (hampir) gak ada orangtua dengan anak lebih dari satu yang dengan sengaja ingin membeda-bedakan kasih sayangnya ke masing-masing anak. Pengennya mah pokoknya sayang ke semua anak.

Tapi bagaimanapun, orangtua kan tetap manusia biasa. Saat lihat ada satu anak yang jauh lebih menonjol dari anak lain, secara manusiawi biasanya akan jadi lebih condong ke si anak tersebut. Dan saya pernah baca soal ini, katanya itu wajar

Begitulah yang terjadi pada sosok Ayah dalam film Nanti Kita Cerita Tentang Hari ini, dalam memperlakukan 3 anaknya. Angkasa, Aurora dan Awan. Sosok ayah dalam film ini digambarkan punya kecenderungan hati yang jauh lebih besar pada salah satu anaknya.

Intinya, kecenderungan hati ke salah satu anak itu wajar dan manusiawi. Tapi tetap usahakan nggak terlalu mencolok agar anak yang lain tidak jadi merasa dibedakan atau diabaikan. Apalagi jika 'lebih sayang'nya hanya karna urutan lahir. Jauh lebih sayang dan perhatian ke anak bungsu, misalnya. Rasanya itu jauh lebih nggak adil untuk anak dibanding jika lebih sayangnya karna prestasi yang lebih menonjol.

Salah satu dampak buruk dari 'perbedaan' sayang ke masing-masing anak ini adalah hubungan antara kakak beradik yang kadang jadi tidak harmonis. Karna dipicu perasaan cemburu. Kan pasti sedih ya kalau lihat anak-anak kita nggak akur. Apalagi kalau penyebabnya adalah kita sendiri :(

Pelajaran kedua yang saya ambil adalah tentang cara kita sebagai orangtua untuk menunjukkan rasa sayang. Kadang kita sebagai orangtua tuh maunya cuma menunjukkan rasa sayang, tanpa mau tau apakah cara sayang kita itu berkenan atau enggak ke anak.

Seperti si ayah dalam film NKCTHI, yang selalu menjawab segala keluhan anaknya tentang sikap si ayah dengan kalimat, "Ayah kayak gini kan karna sayang sama kamu!"

Sounds familiar?

Ego sebagai orangtua yang merasa lebih tau kadang bikin orangtua jadi enggan mendengarkan keluh kesah anak tentang cara kita memperlakukan mereka. Karna bisa jadi, cara kita menyayangi anak justru diartikan lain dan negatif oleh anak. Jadi, jangan segan mendengarkan mereka.
 
Pelajaran ketiga tentang zona nyaman. Saking sayangnya sama anak-anaknya, sosok Ayah dalam film NKCTHI berusaha sekuat tenaga untuk membuat anaknya ada di kondisi nyaman. Ia berusaha keras agar istri dan anak-anaknya tidak perlu merasakan perasaan sedih. Bahkan pada salah satu anaknya, ia selalu turut campur di segala sisi kehidupan si anak. Termasuk, selalu mencarikan solusi untuk segala permasalahannya.

Akhirnya, anaknya tumbuh jadi anak yang merasa tidak utuh. Karena tidak pernah merasakan mengambil keputusan. Tidak pernah merasakan gimana caranya mencari solusi untuk masalahnya sendiri, dll.

Pelajaran yang saya ambil sebagai orangtua, sayang boleh. Tapi bukan berarti kita harus selalu menempatkan anak di zona nyaman terus-terusan. Adakalanya dia perlu merasakan sedih. Merasakan gagal. Merasakan kecewa. Karna semua itulah yang justru akan membuat mereka tumbuh menjadi sosok tangguh.

Pelajaran dari sisi sebagai sosok anak

Dari sisi sebagai seorang anak, pelajaran yang diambil cuma dikit sih, cuma satu. Tapi dalem. Dan bikin saya jadi lebih paham perasaan Bapak saya.

Ayahnya Angkasa, Aurora dan Awan mungkin awalnya punya kesan buruk di mata anak-anaknya. Tapi satu yang mereka akhirnya tau. Alasan dari semua sikap ayah mereka adalah karna rasa sayang yang terlampau besar pada mereka.

Pelajaran yang saya ambil, orangtua - terutama ayah - seringkali menjadi orang yang sebenarnya paling keras berusaha untuk membahagiakan istri dan anak-anaknya, tapi sekaligus sering tidak bisa menginterpretasikan rasa sayang tersebut dengan cara yang benar. Salah satu sebabnya mungkin karna kurang mendengarkan istri dan anak-anaknya.

Saya jadi inget Bapak. Kasihan ya mereka itu. Berusaha keras, tapi malah diartikan negatif sama anak-anaknya. Huhu.

Ada yang sudah nonton Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini juga? Cerita dong, pelajaran apa yang kalian ambil dari film ini?