Senin, 28 Mei 2018

Menghadapi Fase Separation Anxiety



Sebulanan terakhir ini saya lumayan kewalahan plus galau menghadapi Faza. Separation anxiety-nya menjadi-jadi. Padahal sudah sempet mereda sebelumnya.

Meski Faza tipe anak yang cukup mudah dialihkan perhatiannya, sebagai ibu berhati peri (plis jangan muntah 😂), hati saya selalu perih setiap mendengar tangis pilu Faza ketika saya tinggal pergi -- padahal cuma ke kamar mandi, dan dia ditemani ayahnya.

Makanya saya berusaha baca sana-sini, gimana seharusnya menghadapi fase separation anxiety yang sebenernya wajar banget ini. Wajar, tapi gak jarang bikin ibu kelabakan.

Ohya, adakah yang belum ngeh apa itu separation anxiety?

Separation Anxiety itu  perasaan takut dan resah pada anak yang berlebihan ketika berpisah dengan ibunya atau orang terdekatnya, meski dalam waktu yang gak lama. Sebenarnya separation anxiety adalah fase yang sangat wajar terjadi pada anak, dan justru menjadi salah satu penanda semakin berkembangnya kecerdasan emosi mereka. Mereka mulai tau siapa saja orang yang membuat dia nyaman, yang selalu ada untuk dia, dan bisa membedakan dengan mana yang orang asing.

Cuma ya itu, kadang menguras hati juga jika kita gak segera merumuskan harus gimana menghadapi fase ini. Yang jelas, saya yakin bahwa setiap fase yang dilalui anak harus dihadapi dengan benar, karna pasti ada dampak yang mengikutinya.

Saya mencoba membuat daftar hal-hal yang saya lakukan untuk menghadapi separation anxiety-nya Faza. Siapa tau bermanfaat untuk buibu yang sedang ada di fase ini juga 😊

Berpamitan setiap akan pergi

Meski saya tau Faza pasti akan menangis, saya memilih untuk selalu berpamitan setiap akan pergi meninggalkannya. Entah itu pergi ke kantor, atau sekedar ke toilet. Tapi anehnya, kalo ditinggal ke kantor, dia malah jarang banget nangis. Dia seperti sudah tau polanya, kapan ibu harus pergi, kapan ibu di rumah untuk dia. Sekalinya di rumah, baru deh dia seolah pengen 'nempel' ibunya setiap waktu setiap saat.

Baca juga: Tantangan Sebagai Ibu Bekerja

Saya gak mau banget ninggalin dia dengan cara curi-curi. Karna, gimana ya... anak itu sama kayak kita orang dewasa. Punya perasaan juga. Coba bayangin kalo ada orang yang kita sayang, tiba-tiba pergi tanpa pamit, sakitnya kayak apa? 😁

Jujur

Feeling saya bilang, fase separation anxiety ini merupakan salah satu fase dimana anak sedang membangun rasa percaya dan nyamannya pada sosok ibunya. Gak tau sih ini benern apa gak dari segi ilmu parenting.

Yang jelas, saya memilih untuk berusaha jujur pada Faza. Jujur mengatakan saya akan perginya lama atau sebentar. Saya juga akan berusaha menjelaskan dengan jujur untuk keperluan apa saya harus pergi.

Memberi pengertian berulang-ulang

Ketika saya kembali -- misal dari kamar mandi -- dan mendapati Faza masih menangis, saya akan memberinya pengertian.

"Faza kenapa nangis, nak? Sedih ya ibu pergi? Kan ibu cuma pergi sebentar ke kamar mandi, nak. Dan ada ayah yang nemenin Faza"

Gitu aja terus berulang-kali, sampai bosen. Haha. Mungkin saat ini dia belum paham betul. Tapi saya percaya banget lah apa yang saya bilang lama-lama akan terekam dan mampu ia pahami.

Baca juga: Belajar Parenting, Belajar Mendidik Diri Sendiri

Memberinya ide kegiatan sebelum pergi

Seringnya, sebelum pergi saya akan beri dia ide tentang kegiatan apa yang akan bikin dia asyik, hingga gak fokus sama saya. Misal, sebelum pergi saya beri dia buku, karna kebetulan Faza paling mudah dibikin asyik kalo sudah ngadepin buku.

Jadi saya ambilkan buku, lalu menyerahkannya pada si ayah. Ayahnya akan bilang, "sini Nak, ayah bacain buku". Nah, kalo mereka berdua udah asyik, baru deh saya mlipir bentar -- setelah pamitan sebelum mereka asyik baca buku sebelumnya.

Dari hasil baca-baca, katanya fase separation anxiety ini bisa bertahan sampai anak berusia 2 tahun. Gak tentu sih, tergantung masing-masing anak. Tapi saya berharap Faza gak sampai dua tahun melalui fase ini.

Yang saya heran, kenapa dia gitu cuma sama ibu? Sedangkan sama ayahnya sama sekali enggak. Padahal mereka juga deket. Kalo mainan dan ngobrol asyik banget. Bahkan Faza lebih mudah tidur jika ayahnya yang menidurkan.

Kalo ada buibu yang telah sukses yang melewati fase ini, boleh dibagi doong cerita pengalamannya untuk ibu baru seperti saya ini 😊 

4 komentar:

  1. Saya baru tahu mmba istilahnya itu separation anxiety, duh agak ribet. hehe
    Anakku sempat seperti itu, ditinggal sebentar ke kamar mandi langsung nangis, padahal dalam posisi tengah tidur. Kalau ditinggal langsung bangun terus nangis. Sekarang sudah kembali normal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe, iya mbak.
      Anaknya mba erin umurnya berapa sekarang?

      Hapus
  2. iyaaa, anak aku yg pertama lumayan lama ngalamin ini sa. Nah yg kedua juga gitu. Aku nggak mau klo hrs curi2.. biarin dia nangis karena tetap jujur, mereka juga lagi belajar. Supaya nangis saat kecil aja, klo udah gede mdh2an nggak yaaa. Mandiri sndiri..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin mbak. doakan aku bisa melewati fase ini dengan baik yaa

      Hapus

Terimakasih telah mampir ke rumah maya sederhana saya... tinggalkan kesanmu, ya :)