Tadinya saya bingung mau ngasih judul apa untuk postingan kali ini. Karna sejujurnya, di postingan kali ini saya mau cerita setengah-setengah halu khas orangtua baru, sekaligus nulis milestone-nya Faza di usia setahun yang kelewatan saya tulis di sini dan di sini.
Sebagai orangtua, tentu saja saya (dan suami) sangat ingin menanamkan berbagai kebiasaan baik pada anak kami. Iya lah, kayaknya semua orangtua juga ingin melakukan hal yang sama kan?!
Kebiasaan baik yang ingin kami tanam paling dini pada Faza adalah kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan penanaman aqidah, karena kami muslim.
Nah, sejak Faza bayi, saya selalu membiasakannya untuk berdoa. Mau nenen, doa dulu. Mau tidur, doa dulu. Bangun tidur, doa juga. Mau keluar rumah, doa dulu. Naik kendaraan, doa juga. Dan seterusnya. Doanya tentu saja yang yang ngucapin, sembari tangannya Faza saya angkat ke posisi berdoa. Setelah selesai berdoa, tangannya saya usapin ke muka. Meski suami bilang, gerakan mengusapkan tangan ke muka setelah berdoa itu gak ada tuntunannya ya. Hehe.
Saat Faza masuk ke fase meniru -- lupa tepatnya umur berapa, hiks -- tiap ditanyain, "Faza kalo berdoa gimana?", pasti tangannya langsung diangkat, dilanjut dengan mengusapkan tangannya ke muka. Huhu, sumpah lucu sekalii. *biarin muji anak sendiri* 😋
Yang bikin kamu trenyuh, adakalanya saat kami lupa berdoa, sekarang justru Faza yang mengingatkan kami.
Misalnya saat mau pergi naik mobil. Saya asyik ngobrol sama ayahnya. Eh Fazanya angkat tangan ke posisi berdoa, sembari menggumam, "eh eh eh", seolah berdoa. Saya dan mas suami saling berpandangan. Malu sekaligus terharu. Malu karna lupa berdoa. Terharu karna Faza sudah bisa mengingatkan kami.
Selain berdoa, Faza juga sudah fasih menirukan gerakan takbiratul ihram. Yang ini kami gak mengajarkan secara langsung. Dia belajar sendiri karna sering melihat kami sholat.
Yang lumayan bikin jleb, setiap dengar suara adzan, pasti Faza langsung takbiratul ihram -- menandakan dia sudah paham bahwa adzan adalah tanda datangnya waktu sholat. Ini bikin saya dan ayahnya malu banget. Seasyik apapun Faza bermain, begitu dengar suara adzan pasti langsung takbiratul ihram. Seolah ngingetin ayah-ibunya untuk segera sholat. Huhu.
Kejadian kayak gitu terjadi berulangkali. Dan saya masih selalu terharu dibuatnya. Lalu saya mikir. Padahal baru berdoa yang kami ajarkan dan tanamkan. Kalau kami (saya dan ayahnya) bersungguh-sungguh menanamkan lebiiihhhh banyak lagi kebaikan pada diri Faza, maka secara gak langsung menyiapkan benteng untuk diri kami sendiri.
Sayangnya, orangtua kadang punya ego. Gak selamanya diingatkan oleh anak itu bisa diterima dengan hati lapang. Hari ini mungkin saya terharu ketika Faza mengingatkan kami untuk berdoa atau sholat, karna dia masih lucu
Tapi gimana dengan nanti? Ketika Faza mengingatkan kami saat usianya sudah remaja atau dewasa? Masihkah kami menerimanya dengan sukacita, atau justru tersinggung merasa ego kami diusik? 😔
Harusnya kita orangtua gak perlu tersinggung ya ketika anak mengingatkan, karna status sebagai orangtua gak menjadikan kita serta-merta gak mungkin salah, kan? Orangtua gak selamanya benar, begitu juga anak yang gak selalu salah.
Semoga saya selalu ingat tentang ini 😌
Keluarga, perlu saling mengingatkan...
BalasHapussetuju :)
Hapus