Minggu, 07 Februari 2016

Apakah Ini Yang Disebut Pre Marriage Syndrome?

Dr. Tumblr

Mau menikah? Yakin?

Pertanyaan itu berputar-putar di benak saya semingguan lalu. Pertanyaan yang kemudian menjelma pikiran-pikiran negatif, prasangka, dan puncaknya menjadi sebuah ketakutan yang terasa mencengkeram. Ya, saya sempat amat merasa ketakutan. Hingga pada suatu pagi, saat saya terbangun dari tidur saya, lalu tiba-tiba menangis seketika... Tanpa saya tau sebabnya. Yang saya tau, saya takut.

Menikah berarti siap melepaskan dan meninggalkan segala atribut masa lalu. Sebagai anak bungus bapak-ibu yang amat wajar jika manja, misalnya. Tentu saja gak tepat jika atribut itu tetap saya kenakan. Menikah berarti harus siap memasuki kehidupan baru yang totally berbeda. Menikah berarti harus siap mempersembahkan sebaik-baik bakti pada seorang laki-laki yang belum lama kita kenal dan elum seluruhnya kita tau sifatnya. Bukankah banyak fakta yang menunjukkan bahwa sikap seorang laki-laki antara sebelum dan setelah menikah berbeda bagai bumi dan langit? Hari ini dia amat sempurna menunjukkan kesungguhannya... Bagaimana jika semua itu tak terbukti setelah menikah nanti? Bukankah tak boleh ada kata mundur? Bukankah ini amat menakutkan?

Saya kemudian meminta nasehat pada seorang sahabat tentang apa yang saya rasakan. Ia mengatakan, mungkin itu bagian dari Pre-Merried Syndrom atau Sindrom Pra-Nikah. Saya gak tau persis sih apakah benar apa yang saya rasakan itu merupakan Pre-Merried Syndrom jika dilihat secara teori keilmuan. Tapi konon, perasaan seperti itu sering menyerang orang yang hendak menikah.

Lalu sahabat saya menyarankan agar saya mengambil jeda sejenak. Jeda dari pikiran apapun soal persiapan pernikahan saya. Jeda dari buku-buku pernikahan yang tengah saya baca sebagai bekal mengarungi pernikahan kelak. Karna pikiran yang terus-menerus terpancang pada tema itu, mungkin akhirnya membuat merasa tertekan, lalu memantik berbagai perasaan negatif seperti di atas. Saya menyetujui ide sahabat saya tersebut, dan akhirnya memutuskan untuk menonton film Ketika Mas Gagah Pergi malam harinya.

Esoknya, saya mencoba lebih rileks. Saya tonton beberapa film pendek di YouTube. Film-film sederhana, tapi inspiratif. Membuat saya tersipu, tersenyum, tertawa, juga menangis.

Saat pikiran saya mulai jernih, saya bisa kembali merenungi semuanya. Saya ingat pada cerita Kakak mentoring mingguan saya -- bernama Mbak Surya -- beberapa tahun lalu, saat ia baru saja menikah. Saat itu Mbak Surya cerita tentang prosesnya menuju pernikahan, hingga pernikahan berlangsung. Cerita yang sekaligus bermuatan nasehat.

Mbak Surya bercerita bahwa ia berkali-kali dihinggapi keraguan yang teramat sangat, juga ketakutan. Ia lalu bercerita pada guru ngajinya, dan mendapatkan sebuah nasehat -- yang harusnya saya pakai hari ini.

Guru ngaji Mbak Surya mengatakan bahwa was-was, ragu, takut, itu asalnya dari syetan. Tentu saja syetan akan berusaha menggoyahkan hati seseorang yang akan menikah.. Karna bukankah menikah adalah bagian dari ibadah? Kalau muncul rasa was-was, takut, cemas, dll... Langsung ngaji saja, biar hatinya tenang.

Ah, iya, ya... Ternyata masih sedangkal itu iman saya. Bahkan untuk mengatasi perasaan-perasaan negatif pun saya masih kewalahan, padahal saya tau ilmunya. Tapi terjangan ketakutan luar biasa yang menimpa saya minggu lalu membuat saya semakin sadar untuk kembali meluruskan dan menancapkan niat sekuat-kuatnya.

Bahwa menikah merupakan cara yang Allah tentukan sebagai penyempurna separuh dien saya. Bahwa menikah merupakan sunnah Rasulullah, dan barangsiapa tak mencintai sunnahnya, maka bukanlah termasuk dari golongannya.

Doakan saya, ya, teman :)

2 komentar:

Terimakasih telah mampir ke rumah maya sederhana saya... tinggalkan kesanmu, ya :)