Rabu, 27 Januari 2016

Perhatikan 3 Hal Ini Saat Menentukan Tanggal Pernikahan

Sumber
Menentukan Tanggal Pernikahan
Banyak orang bilang, masa-masa mempersiapkan pernikahan merupakan masa yang sangat rawan konflik, kalau nggak membekali diri dengan sebanyak-banyaknya sabar. Baik konflik antara si calon mempelai perempuan VS calon mempelai laki-laki, maupun konflik antar-keluarga kedua belah pihak.

Salah satu hal yang amat sensitif dan rawan konflik adalah saat menentukan tanggal pernikahan. Penentuan tanggal pernikahan ini biasanya nggak hanya soal kesepakatan antara pasangan yang akan menikah. Pengambilan keputusannya seringkali berdasarkan musyawarah antar-keluarga dari kedua belah pihak. Nahh, apa saja sih yang harus diperhatikan dalam menentukan tanggal pernikahan agar hal ini nggak menjadi sumber konflik yang bikin rencana pernikahan malah jadi runyam?

1. Jangan Egois!

Sudah bukan jadi rahasia lagi jika di Indonesia ini, khususnya di Jawa, ada beberapa orang yang menentukan tanggal pernikahan berdasarkan hitung-hitungan tertentu. Hitung-hitungan weton si kedua calon mempelai misalnya. Yang bikin repot, ketika pihak yang satu masih pakai hitung-hitungan, sedangkan yang satu sudah enggak sama sekali. Hihi. Kalau tidak saling memahami, bisa buyar semuanya.

Sebaiknya, dua keluarga saling bertenggangrasa dan memahami saat menentukan tanggal pernikahan. Kalau pihak calon besan percaya hitung-hitungan, dan memberi pengertia dirasa enggak memungkinkan, ya iya-kan saja dengan niat semata menyetujui tanggal yang diberikan si calon besan -- tanpa mempercayai apalah-apalah soal hitung-hitungannya.

Alhamdulillah, keluarga kami (saya dan si Mas) sudah nggak pakai hitung-hitungan, sih. Jadi lebih simple. Patokannya cuma satu: pas tanggal merah, atau weekend. Hehe. Selain memperhatikan kesanggupan kami, kami juga harus memperhatikan kesanggupan para saudara yang pasti ingin turut menghadiri pernikahan kami. Emm, ohya... Ibu si Mas juga sempat meminta agar pernikahannya enggak jatuh pada hari tertentu karna hari tersebut merupakan hari meninggalnya ayahanda beliau. Bukan karna beliau masih percaya gitu-gitu, tapi semata menghargai ibunda beliau.

Sekali lagi, jangan egois, dan saling memahami. Ini hajat bersama, bukan? :)

2. Perhatikan Kesiapan Mental, Finansial, Dll Pada Kedua Belah Pihak

Ini masih ada hubungannya dengan point pertama sih. Jangan egois. Jangan menentukan tanggal pernikahan dengan semena-mena, sedangkan kita tahu saat itu pihak si calon masih kurang siap -- secara finansial misalnya.

Kami juga sempat mengalami ini. Bulan yang disodorkan bapak saya pertama kali enggak disanggupi oleh orangtua si Mas, lantaran orangtua si Mas merasa agak terlalu cepat, dan masih kurang siap secara waktu (pada bulan itu banyak sekali saudara yang juga menikah) dan finansial. Lalu, tanggal kedua disepakati. Karna satu dan lain hal, pihak si Mas minta diajukan beberapa hari. Kali ini gantian keluarga saya nggak sanggup karna merasa nggak siap secara mental dan waktu. Setelah berunding ulang, keluarga pun sepakat untuk memajukan bulannya. Alhamdulillah.

Beberapa teman sempat bertanya, kenapa enggak disegerakan, kenapa lama sekali, dll. Hmm... Jika bisa, kami pun ingin menyegerakan. Tapi tentang penentuan tanggal pernikahan, bukan semata-mata tentang kami mempelainya, bukan? Ini juga tentang kesanggupan dan kesiapan keluarga kami. *eits, numpang curcol :D*

3. SEPAKAT

Untuk moment yang amat sakral serta istimewa, alangkah baiknya jika tanggal yang ditentukan merupakan tanggal yang disepakati oleh kedua belah pihak dengan legowo. Jadi bukan pihak A memaksa pihak B, atau pihak X menerima dengan terpaksa keputusan pihak Y.

Kalau kedua belah pihak keluarga bersedia untuk tidak egois serta saling memperhatikan kesiapan satu sama lain, Insya Allah kata SEPAKAT akan dicapai. Enak deh pokoknya kalau sudah ada kata sepakat. Tanggal pernikahan saya dan si Mas (Insya Allah) mengalami sekiat tiga atau empat kali tarik-ulur dan maju-mundur. Tapi berhubung keluarga enggak egois dan saling memahami, Alhamdulillah mudah untuk mencapai kata sepakat.

Yups, semoga tiga hal tersebut membuat penentuan tanggal pernikahanmu jadi lebih 'aman' dari konflik ya, Guys. Ohya, satu lagi... INTInya tetap ada pada doa sih. Jangan lupa berdoa agar Allah memberikan kemudahan pada penentuan tanggal pernikahanmu, dan memberikan kelancaran hingga hari H jika tanggalnya sudah ditentukan. Aamiin :)

7 komentar:

  1. Iya apalagi di desaku masih memegang weton2 gitu pas klo nntuin tgl nikah. Mbak hhee

    BalasHapus
  2. saya pernah nih sedikit bermasalah juga dengan tanggal. ortu saya masih percaya hari baik, pilih hari senin. marah dong calon suami karena dia sebaliknya tidak percaya dgn itung2an menurut suami semua hari baik tapi lebih baik pilih hari libur biar anggota keluarga semua bisa datang. alhamdulillah ga perlu ngotot2an sepakat tanggal nikah saat hari libur :)

    BalasHapus
  3. 3 hal itu masih berlaku untuk saya pribadi apa tidak, ya, Mbak? Hehehe... :)

    BalasHapus
  4. Menurut saya 3 hal di atas itu sangatlah penting mbak, pokoknya penting banget mbak :)

    BalasHapus
  5. kalo pasangannya belum ada bagaimana kak? hehehehe

    BalasHapus

Terimakasih telah mampir ke rumah maya sederhana saya... tinggalkan kesanmu, ya :)