Rabu, 13 Januari 2016

Mempersiapkan Seserahan, Tiga Hal Ini Harus Kita Perhatikan!

Salah satu hal yang hampir tidak pernah lupa mempersiapkan Seserahan

Salah satu hal yang hampir tidak pernah lupa untuk dipersiapkan oleh siapapun yang hendak menikah adalah seserahan. Meskipun tidak ada dalam rukun nikah, namun kebiasaan membawa seserahan dalam prosesi pernikahan seolah sudah menjadi hal yang diwajibkan secara tidak langsung oleh mainset masyarakat Indonesia pada umumnya.

Biasanya, ada beberapa perbedaan dalam detail seserahan. Ada beberapa daerah yang punya ke-khas-an tentang apa saja yang dibawa sebagai seserahan. Seperti di daerah saya -- Jepara. Biasanya, jika calon mempelai laki-laki dan perempuan sama-sama berasal dari Jepara, maka sang laki-laki biasanya membawakan almari kayu jati dengan ukiran khas Jepara sebagai salah satu seserahan. Dan itu merupakan sesuatu yang dianggap prestis. Ada juga daerah-daerah yang mana tidak hanya pihak  laki-laki yang memberikan seserahan pada sang calon istri, namun juga sebaliknya -- sang calon istri pun memberikan seserahan untuk sang calon suami. Yah, Bhineka tunggal ika. Tidak ada budaya atau adat yang lebih buruk atau lebih baik dari yang lain. Tidak perlu membanding-bandingkan :)

From Pinterest

Meski begitu, ada sebuah sebuah unsur seserahan yang sepertinya sangat umum. Yaitu, perlengkapan atau kebutuhan-kebutuhan pokok untuk si mempelai wanita. Contohnya, baju, kosmetik, mukena, sepatu, dll.

Dalam mempersiapkan seserarahan tersebut, seorang lelaki kadang memilih untuk memberikan surpraise untuk sang calon istri. Biasanya, ia akan dibantu oleh ibu atau saudara perempuannya. Namun ada juga yang memilih untuk mengajak Sang Calon Istri untuk memilih sendiri barang-barang seserahan.

Kalau saya cenderung memilih yang kedua. Kenapa? Karna barang-barang tersebut nantinya saya yang memakai. Yang paling tahu mana yang paling sreg di hati saya, ya saya sendiri. Alangkah sayangnya jika saat membuka seserahan nanti, kita bukannya surpraise, malah justru merasa kecewa lantaran barang-barang yang diberikan sama sekali tidak sesuai dengan selera kita. Imho, ya :) Tentu saja tiap orang punya pilihan, sudut pandang dan pertimbangan masing-masing. Tidak ada yang perlu diperdebatkan.

Lalu, apa saja yang harus kamu (calon mempelai) perhatikan saat diberi keleluasaan oleh calonmu untuk memilih barang-barang untuk seserahan sendiri?

1. Pilih Barang Yang Bermanfaat

Meskipun ini moment spesial, dan kita tidak harus memikirkan uangnya, tentu saja kita harus tetap bijak. Jangan sampai kita 'aji mumpung' meminta bermacam-macam barang yang akhirnya tidak bermanfaat sama sekali.

2. Jangan Hanya Sekedar Suka! Pilih yang Nyaman dan Cocok.

Saya pernah menemui langsung sebuah fakta, di mana saat memilih kosmetik untuk seserahan, ia memilih merk yang dia suka, tapi tidak cocok untuknya. Alhasil, kosmetik-kosmetik itu mubadzir belaka. Atau ada juga yang memilih sepatu yang 'indah di pandang' saja. Endingnya sama, sepatu itu tidak terpakai. Sayang sekali, bukan? Jadi, alangkah baiknya kalau kita tetap mengedepankan kenyamanan dan kecocokan. Agar seperti yang ada di point sebelumnya, barang-barang seserahan tersebut bisa benar-benar bermanfaat.

3. Ingat Budget!

Meskipun Sang Calon Suamimu memberikan keleluasaan untuk memilih barang-barang untu seserahan sendiri, tentu saja kita tetap tidak boleh lupa diri. Alangkah baiknya jika kita terlebih dahulu menanyakan, berapa budgetnya. Hei, jangan lupa... Kebutuhan yang harus dianpikirkan tidak hanya barang seserahan saja. Kita tidak ingin, kan, saat sudah menjadi suami kita, kita justru harus melongo melihat dia punya banya utang hanya demi menuruti barang-barang seserahan yang kita minta? :)

Yah, pada akhirnya kita menyadari... Bahwa persiapan pernikahan merupakan ajang pemanasan yang cukup efektif baginkita sebelum 'terjun' ke dunia rumah tangga. Harus ada banyak kompromi, tidak boleh kehabisan stok sabar, tidak membiarkan ego berkuasa, dan tentu saja tidak lupa untuk terus berdoa.

Bagi kalian yang sedang mempersiapkan pernikahan, semoga diberi kelancaran hingga harinya tiba :)pa untuk dipersiapkan oleh siapapun yang hendak menikah adalah seserahan. Meskipun tidak ada dalam rukun nikah, namun kebiasaan membawa seserahan dalam prosesi pernikahan seolah sudah menjadi hal yang diwajibkan secara tidak langsung oleh mainset masyarakat Indonesia pada umumnya.

Biasanya, ada beberapa perbedaan dalam detail seserahan. Ada beberapa daerah yang punya ke-khas-an tentang apa saja yang dibawa sebagai seserahan. Seperti di daerah saya -- Jepara. Biasanya, jika calon mempelai laki-laki dan perempuan sama-sama berasal dari Jepara, maka sang laki-laki biasanya membawakan almari kayu jati dengan ukiran khas Jepara sebagai salah satu seserahan. Dan itu merupakan sesuatu yang dianggap prestis. Ada juga daerah-daerah yang mana tidak hanya pihak  laki-laki yang memberikan seserahan pada sang calon istri, namun juga sebaliknya -- sang calon istri pun memberikan seserahan untuk sang calon suami. Yah, Bhineka tunggal ika. Tidak ada budaya atau adat yang lebih buruk atau lebih baik dari yang lain. Tidak perlu membanding-bandingkan :)

Meski begitu, ada sebuah sebuah unsur seserahan yang sepertinya sangat umum. Yaitu, perlengkapan atau kebutuhan-kebutuhan pokok untuk si mempelai wanita. Contohnya, baju, kosmetik, mukena, sepatu, dll.

Dalam mempersiapkan seserarahan tersebut, seorang lelaki kadang memilih untuk memberikan surpraise untuk sang calon istri. Biasanya, ia akan dibantu oleh ibu atau saudara perempuannya. Namun ada juga yang memilih untuk mengajak Sang Calon Istri untuk memilih sendiri barang-barang seserahan.

Kalau saya cenderung memilih yang kedua. Kenapa? Karna barang-barang tersebut nantinya saya yang memakai. Yang paling tahu mana yang paling sreg di hati saya, ya saya sendiri. Alangkah sayangnya jika saat membuka seserahan nanti, kita bukannya surpraise, malah justru merasa kecewa lantaran barang-barang yang diberikan sama sekali tidak sesuai dengan selera kita. Imho, ya :) Tentu saja tiap orang punya pilihan, sudut pandang dan pertimbangan masing-masing. Tidak ada yang perlu diperdebatkan.

Lalu, apa saja yang harus kamu (calon mempelai) perhatikan saat diberi keleluasaan oleh calonmu untuk memilih barang-barang untuk seserahan sendiri?

1. Pilih Barang Yang Bermanfaat

Meskipun ini moment spesial, dan kita tidak harus memikirkan uangnya, tentu saja kita harus tetap bijak. Jangan sampai kita 'aji mumpung' meminta bermacam-macam barang yang akhirnya tidak bermanfaat sama sekali.

2. Jangan Hanya Sekedar Suka! Pilih yang Nyaman dan Cocok.

Saya pernah menemui langsung sebuah fakta, di mana saat memilih kosmetik untuk seserahan, ia memilih merk yang dia suka, tapi tidak cocok untuknya. Alhasil, kosmetik-kosmetik itu mubadzir belaka. Atau ada juga yang memilih sepatu yang 'indah di pandang' saja. Endingnya sama, sepatu itu tidak terpakai. Sayang sekali, bukan? Jadi, alangkah baiknya kalau kita tetap mengedepankan kenyamanan dan kecocokan. Agar seperti yang ada di point sebelumnya, barang-barang seserahan tersebut bisa benar-benar bermanfaat.

3. Ingat Budget!

Meskipun Sang Calon Suamimu memberikan keleluasaan untuk memilih barang-barang untu seserahan sendiri, tentu saja kita tetap tidak boleh lupa diri. Alangkah baiknya jika kita terlebih dahulu menanyakan, berapa budgetnya. Hei, jangan lupa... Kebutuhan yang harus dianpikirkan tidak hanya barang seserahan saja. Kita tidak ingin, kan, saat sudah menjadi suami kita, kita justru harus melongo melihat dia punya banya utang hanya demi menuruti barang-barang seserahan yang kita minta? :)

Yah, pada akhirnya, hal yang paling utama yang harus kita ingat adalah, setelah menikah nanti kita punya hak untuk meminta yang melebihi hanya sekedar barang-barang yang ada di seserahan. Jadi, tidak perlu kalap sampai semua-semua pengen dimasukkan list. Hehe.

Okay... Bagi kalian yang sedang mempersiapkan pernikahan, semoga diberi kelancaran hingga harinya tiba :)

2 komentar:

  1. Dulu juga milih seserahan sendiri, belinya bareng2, hehe. Gratisan yaa,pemanasan sebelum nikah :)) intinya dari seserahan itu kaya simulasi huhuu. Suami wajib melengkapi kebutuhan sang istrii

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi... simulasi :D tapi iya juga sih ya mbak... itu makna filosofisnya :D

      Hapus

Terimakasih telah mampir ke rumah maya sederhana saya... tinggalkan kesanmu, ya :)