Kamis, 22 Juni 2023

Mengapa Kami Memilih Kuttab Al-Fatih?

Setelah kegalauan tentang proses menyusui, disusul soal MP-ASI, lalu tentang sembelit berulang yang sungguh menguji kesabaran, dan ratusan kegalauan lainnya, tiba juga saatnya kami galau memilih sekolah untuk Faza. Hehe, kayaknya jadi orangtua emang rasanya akan galau terus soal anak sih ya.

Sebenarnya, obrolan tentang pilihan sekolah untuk Faza sudah sering sekali kami angkat dan diskusikan. Dan meski sejak awal kami sudah mengerucutkan pilihan, tetap saja saat masanya tiba, masih ada saja bongkar-pasang pertimbangan yang membuat kami galau.

Saat Faza masuk usia 4 tahun, kami mulai serius sekali memilih sekolah tingkat dasar untuk Faza. Kenapa 4 tahun? Karena salah satu sekolah yang menjadi opsi kami adalah Kuttab Al-Fatih, yang mana sudah bisa mulai masuk saat anak usia 5 tahun.

Apakah ada pilihan lain selain Kuttab Al-Fatih? Ya, ada. Yaitu SDIT Bina Insani, yang mana sekolah dengan basis seperti umumnya Sekola Dasar Islam Terpadu lainnya. Beda dengan Kuttab Al-Fatih yang bisa dibilang sangat 'unik dan berbeda' dengan sekolah dasar lain pada umumnya.

Jujur saja, perbedaan dan keunikan itulah yang membuat saya dan suami sempat ragu dan maju-mundur. Soal hal-hal yang sempat membuat kami maju-mundur ini, semoga lain waktu bisa saya ceritakan lebih panjang.

Namun setelah berbagai pertimbangan, istikharoh dan doa, dengan berbekal Bismillah, akhirnya kami mantap memasukkan Faza untuk belajar di Kuttab Al-Fatih.

Beberapa hal ini lah yang akhirnya membuat kami mantap:

Kurikulum Utama: Iman & Al Qur'an

Melihat berbagai kejadian yang mencerminkan kondisi generasi hari-hari ini, jujur kami resah. Kenapa ya, sekolah sepertinya makin banyak yang bagus dan keren, tapi kok gak berbanding lurus dengan kualitas generasi kita?

Emm, terutama jika dilihat dari kacamata Islam, ya. Kalau dari kacamata duniawi sih mungkin bisa dibilang generasi hari ini semakin cemerlang otak dan kemampuannya.

Keresahan kedua, saat mencoba merefleksikan diri dengan apa saja yang saya pelajari selama sekolah, rasa-rasanya kok pelajaran-pelajaran yang dulu saya hafalkan tiap hari di buku paket, banyak yang gak terpakai atau gak signifikan manfaatnya untuk bekal hidup, ya?

Keresahan berikutnya, tentang kurikulum sekolah di Indonesia, yang sering banget ganti, tiap pejabatnya ganti. Saya sering dengar guru kebingungan tiap harus adaptasi dengan kurikulum baru. Nah lho, kalo gurunya saja bingung, gimana muridnya?

Keresahan-keresahan tersebutlah yang mengantarkan kami untuk akhirnya mantap memilih Kuttab Al-Fatih.

Di Kuttab Al-Fatih, kurikulum utamanya hanya ada 2. Yaitu, Iman dan Al-Qur'an. Mata pelajarannya tiap hari ya terbagi menjadi dua, kelas iman dan kelas Al Qur'an.

Apapun yang dipelajari anak di kelas iman, akan dikaitkan dengan keimanan pada Allah. Misal, anak diajak belajar tentang tema tata surya, maka ustadz atau ustadzah akan menunjukkan ayat-ayat Al Qur'an tentang tata surya dan mengajak mentadabburinya, dengan bahasa ringan sesuai dengan usia anak di kelas tersebut.

Adab Sebelum Ilmu, Iman Sebelum Al Qur'an

Di Kuttab Al-Fatih, saya pribadi merasakan 'adab sebelum ilmu, iman sebelum Al Qur'an' ini benar-benar diterapkan, dan bukan sekedar slogan.

Adab adalah aspek yang sangat diperhatikan, melebihi aspek lainnya, termasuk aspek akademik. Mau sepintar apapun, kalau adabnya belum baik, maka sangat memungkinkan anak tersebut tidak bisa naik kelas.

Saat pertama kali bertemu ustadzah untuk menerima raport pertama Faza 6 bulan lalu, salah satu hal utama yang disampaikan ustadzah adalah ada adabnya yang belum baik, yaitu memotong pembicaraan ustadzah dan  asyik ngobrol sendiri saat ustadzah sedang memberikan pelajaran.

 Dan gak hanya santri (murid) yang ditekankan untuk mengutamakan adab. Para guru pun juga memperlakukan santri dengan adab sebagaimana seorang guru pada muridnya. Saya sering trenyuh melihat para ustadz dan ustadzah yang tampak sayang dan tulus sekali pada para santri. Begitu juga kami orangtua juga dihimbau untuk berinteraksi dengan adab yang baik, baik kepada ustadz dan ustadzahnya anak kita, pada sesama orangtua santri atau pada anak kita sendiri.

Di Kuttab, goal utama bukan soal seberapa banyak hafalan Al Qur'an. Yang lebih utama adalah iman sebelum Al Qur'an. Jadi penekanan utamanya adalah pada penanaman iman, adapun hafalan Al Qur'an, Insyaa Allah akan mengikuti.

Goal Utama: Akhirat

Kuttab Al-Fatih merupakan lembaga sekolah non-formal. Lulus dari Kuttab Al-Fatih gak akan dapat selembar ijazah yang diakui negara.

Jujur, hal ini sempat menjadi salah satu faktor yang bikin maju mundur. Gimana nanti kalo Faza gak punya ijazah SD? Gimana masa depannya? Bisa kerja gak ya? Dan lain sebagainya.

Sampai akhirnya saya dengar kajian ustadz Budi Ashari, dan ditampar dengan sebuah hadist.

Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu (belajar agama) yang seharusnya diharap adalah wajah Allah, tetapi ia mempelajarinya hanyalah untuk mencari harta benda dunia, maka dia tidak akan mendapatkan wangi surga di hari kiamat.” (HR. Abu Daud no. 3664, Ibnu Majah no. 252 dan Ahmad 2: 338. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Sumber https://rumaysho.com/7252-belajar-agama-hanya-untuk-mencari-dunia.html

"Barangsiapa yang memperlajari suatu ilmu (belajar agama) yang seharusnya diharap adalah wajah Allah, tetapi ia mempelajarinya hanyalah untuk mencari harta benda dunia, maka dia tidak akan mendapatkan wangi surga di hari kiamat" (HR. Abu Daud)
Sempet ada bantahan dari kepala saya sendiri. "tapi kan wajar sebagai manusia mikirin masa depan? mikirin dunia?"

Lalu, lagi-lagi saya kembali ingat sebuah hadist.

“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)“ (HR Ibnu Majah (no. 4105), Ahmad (5/183), ad-Daarimi (no. 229), Ibnu Hibban (no. 680) dan lain-lain dengan sanad yang shahih)
Dari situ lah hati kami Insyaa Allah mantap mengantarkan anak kami belajar di lembaga ini.

Sudah banyak sekali tanda-tanda akhir zaman yang bermunculan. Faza adalah termasuk generasi akhir zaman. Maka, menyekolahkan dia di Kuttab Al-Fatih ini menjadi salah satu bentuk ikhtiar kami untuk membekalinya menghadapi akhir zaman yang pasti akan semakin berat jika dihadapi tanpa pondasi akidah dan keimanan yang kuat.

Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan tunduk hina padanya. Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai dunia, maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan baginya.” (HR. Tirmidzi no. 2465. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini dho’if dan syawahidnya atau penguatnya pun dho’if. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat penjelasan hadits ini di Tuhfatul Ahwadzi, 7: 139)

Sumber https://rumaysho.com/3335-jangan-lupakan-nasib-kalian-di-dunia.html

Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu (belajar agama) yang seharusnya diharap adalah wajah Allah, tetapi ia mempelajarinya hanyalah untuk mencari harta benda dunia, maka dia tidak akan mendapatkan wangi surga di hari kiamat.” (HR. Abu Daud no. 3664, Ibnu Majah no. 252 dan Ahmad 2: 338. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Sumber https://rumaysho.com/7252-belajar-agama-hanya-untuk-mencari-dunia.html

Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu (belajar agama) yang seharusnya diharap adalah wajah Allah, tetapi ia mempelajarinya hanyalah untuk mencari harta benda dunia, maka dia tidak akan mendapatkan wangi surga di hari kiamat.” (HR. Abu Daud no. 3664, Ibnu Majah no. 252 dan Ahmad 2: 338. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Sumber https://rumaysho.com/7252-belajar-agama-hanya-untuk-mencari-dunia.html

Orangtua juga Ikut Belajar

Di Kuttab Al-Fatih, peran orangtua santri besar sekali porsinya. Jangan harap bisa berharap kita bisa lepas tangan dan menyerahkan tugas mendidik sepenuhnya pada guru dan sekolah.

Sejak awal mendaftar, komitmen orangtua sudah sangat diuji. Dari proses sebelum mendaftar, ada stadium general yang wajib dihadiri berdua -- ayah maupun ibu calon santri. Ada proses interview yang juga harus dihadiri berdua.

Setelah masuk, orangtua santri juga ada kewajiban menghadiri kajian bulanan. Jika ijin 3x atau lebih, sebelum menerima raport orangtua akan diminta menghadap salah satu ustadz untuk diingatkan. Dan jika hal yang sama terulang, Kuttab Al-Fatih akan mengembalikan anak pada orangtuanya, karena dianggap tidak bersedia bekerjasama dengan sekolah dalam mendidik anak. Begitu pun saat ambil raport, tidak boleh hanya ayah atau ibunya saja yang datang, melainkan harus berdua.

Ada juga lembar BBO (Belajar Bersama Orangtua) yang harus diisi oleh orangtua tiap pekannya. BBO berisi laporan orangtua tentang aktivitas belajar anak saat di rumah. Saat awal Faza masuk Kuttab Al-Fatih, qodarullah bersamaan dengan saya melahirkan anak kedua. Jujur saat itu saya sempat ingin menyerah dengan berbagai kewajiban orangtua ini karena merasa kewalahan (karna punya newborn), huhu. Tapi Alhamdulillah keinginan menyerah itu bisa saya pupus.

Oh ya, selain itu orangtua santri juga ada kewajiban untuk menyimak kajian online pekanan melalui aplikasi khusus orangtua santri Kuttab Al-Fatih, dan ada soal ujiannya setiap usai menyimak kajian.

Masyaa Allah, jadi gak cuma anak yang harus belajar, orangtua pun harus terus belajar juga.

Yah, itulah beberapa point yang membuat kami yakin dan mantap menyekolahkan anak kami di Kuttab Al-Fatih. Saya gak bilang Kuttab Al-Fatih pasti lebih baik dari sekolah lainnya. Isi pikiran saya di atas juga bisa jadi kontra dengan pikiran teman-teman yang lain.

Wallahu a'lam bishawab. Kami hanya berikhtiar sebaik yang kami mampu dalam mendidik anak-anak kami. Semoga Allah menerima ikhtiar kami, dan memberikan kami keberkahan atasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah mampir ke rumah maya sederhana saya... tinggalkan kesanmu, ya :)