Menjadi ibu baru merupakan salah satu part hidup yang paling memorable bagi sebagian besar perempuan. Sebuah peran yang seolah memaksa kita untuk menjadi pribadi baru.
Menjadi istri mungkin juga iya. Tapi sebagai istri, kita masih bisa merajuk dan meminta suami yang memahami dan menerima kita apa-adanya. Tapi sebagai ibu, gak mungkin kita menuntut anak kita yang memahami kita.
"Duh, bentar dong dek, jangan minta nenen dulu, ibu masih ngantuk!" -- gitu? Gak mungkin kan 😅
Yang bikin peran sebagai ibu baru memorable, mungkin salah satunya adalah problematikanya.
Jadi kalian para calon ibu baru, saya kasih tau yaa... jangan dikira jadi ibu baru itu isinya hanya penuh romantika. NO! Jangan harap, atau kalian akan kecewa 😂
Tapi ya gak usah parno juga sih. Santai saja. Nah, biar para calon ibu baru nanti gak kaget menghadapinya, saya dan Ade mau cerita nih tentang problematika apa saja yang kami hadapi saat menjalani peran sebagai ibu baru. Jadi biar lebih siap. Dibaca yuukk 😊
1. Adaptasi Oh Adaptasi
Tadinya, ngantuk tinggal tidur. Laper tinggal maka. Bosen di rumah tinggal jalan-jalan.
lalu tiba-tiba ada sesosok makhluk kecil nan lemah dan tak berdaya, yang menggantungkan hidup sepenuhnya sama kita. Yang kalau laper nangis sejadi-jadinya menuntut kita untuk menyusui, gak peduli seberapa ngantuk diri kita sendiri.
Yang kalo kita lagi laper banget dan baru akan menyendok nasi, tiba-tiba tanpa permisi malah BAB dan mau gak mau harus kita bersihkan.
Yang wajahnya akan terus membayangi, saat kita keluar sebentar ke Alfamart hanya demi ingin sejenak melihat dunia luar.
Saat hamil, kita sering ngrasa udah kenal banget sama bayi dalam perut kita ya. Kalo diajak ngobrol, lalu dia merespon dengan tendangan, kita akan makin ngrasa dia paham apa yang kita bicarakan. Dia anak baik dan pintar yang selalu mengerti ibunya.
Jangan kaget, ketika akhirnya dia lahir, dan saat itu semuaaa keromantisan itu tiba-tiba menguap. Ketika dia menangis tak henti tanpa kamu tau apa yang dia pengen, meski kamu sudah berusaha menimang, ngajak ngobrol, dll. Lalu kita jadi blank. Semua teori hilang tak berbekas seketika 😂
Maka, adaptasi adalah problematika pertama. Mau gak mau, siap gak siap. Hidup kita kini bukan lagi tentang diri kita sendiri.
Tadinya, ngantuk tinggal tidur. Laper tinggal maka. Bosen di rumah tinggal jalan-jalan.
lalu tiba-tiba ada sesosok makhluk kecil nan lemah dan tak berdaya, yang menggantungkan hidup sepenuhnya sama kita. Yang kalau laper nangis sejadi-jadinya menuntut kita untuk menyusui, gak peduli seberapa ngantuk diri kita sendiri.
Yang kalo kita lagi laper banget dan baru akan menyendok nasi, tiba-tiba tanpa permisi malah BAB dan mau gak mau harus kita bersihkan.
Yang wajahnya akan terus membayangi, saat kita keluar sebentar ke Alfamart hanya demi ingin sejenak melihat dunia luar.
Saat hamil, kita sering ngrasa udah kenal banget sama bayi dalam perut kita ya. Kalo diajak ngobrol, lalu dia merespon dengan tendangan, kita akan makin ngrasa dia paham apa yang kita bicarakan. Dia anak baik dan pintar yang selalu mengerti ibunya.
Jangan kaget, ketika akhirnya dia lahir, dan saat itu semuaaa keromantisan itu tiba-tiba menguap. Ketika dia menangis tak henti tanpa kamu tau apa yang dia pengen, meski kamu sudah berusaha menimang, ngajak ngobrol, dll. Lalu kita jadi blank. Semua teori hilang tak berbekas seketika 😂
Maka, adaptasi adalah problematika pertama. Mau gak mau, siap gak siap. Hidup kita kini bukan lagi tentang diri kita sendiri.
2. Mabok Teori
Begitu ketauan hamil, salah satu hal yang paling rajin saya lakukan adalah membaca banyaakkk sekali artikel tentang parenting. Gak ada yang lebih menarik dari tema tersebut kayaknya.
Menjelang HPL, saya bersorak-sorai dalam hati. Yeayy, bentar lagi saatnya mempraktekkan semua yang sudah saya baca!
Begitu bayinya lahir, TET TOOOTTT... situasinya jauuuhhh sama yang sudah saya rancang dengan baik. Kondisi fisik yang gak kunjung pulih setelah melahirkan dan ASI yang keluarnya cukup lama adalah dua kondisi yang sudah cukup membuat segalanya terasa jauuhhh dari segala teori yang sudah saya baca.
Sebenernya udah jadi rahasia umum ya. Yang namanya teori itu, gak selalu sejalan sama prakteknya. Apalagi yang namanya hidup. Susah banget kalo harus sesuai terus sama teori.
Tapi namanya juga ibu baru, dan udah terlanjur mabok teori. Menerima kenyataan bahwa gak semuanya harus sesuai sama teori itu bisa jadi satu problematika sendiri loh. Dibutuhkan pikiran yang adem dan hati yang lapang.
3. Idealis
Ini bisa dibilang dampak dari point kedua ya. Gara-gara kebanyakan teori, ibu baru biasanya idealis sekali.
Idealis itu bukan hal buruk sih. Tapi kadang juga bisa jadi problematika baru bagi ibu baru.
Kok bisa jadi problematika?
Misal nih, saya dulu kekeuh pengen bertekad Faza makannya harus full homemade, dan no gulgar. Minimal sampe usia setahun. Ehh tiba-tiba ada satu kondisi dimana saya belum sempat masak dan Faza sudah harus makan. Lalu ayahnya membelikan bubur bayi sehat yang sedang menjamur itu.
Saya cicipi, ternyata ada rasa asinnya meski dikiitt banget. Tapi Fazanya lahap banget 😠Pas berdua di kamar sama mas suami aja, saya nangis sejadi-jadinya. Nangis karna idealisme saya harus terpatahkan gara-gara Faza makan bubur beli di luar dan pake garam.
Nah, ini nih yang jadi problematika. Idealisme sebenernya gak masalah. Cuma kadang idealisme bikin kita sedih, merasa bersalah, stress, dll ketika kita ada di situasi yang serba gak ideal.
Begitu ketauan hamil, salah satu hal yang paling rajin saya lakukan adalah membaca banyaakkk sekali artikel tentang parenting. Gak ada yang lebih menarik dari tema tersebut kayaknya.
Menjelang HPL, saya bersorak-sorai dalam hati. Yeayy, bentar lagi saatnya mempraktekkan semua yang sudah saya baca!
Begitu bayinya lahir, TET TOOOTTT... situasinya jauuuhhh sama yang sudah saya rancang dengan baik. Kondisi fisik yang gak kunjung pulih setelah melahirkan dan ASI yang keluarnya cukup lama adalah dua kondisi yang sudah cukup membuat segalanya terasa jauuhhh dari segala teori yang sudah saya baca.
Sebenernya udah jadi rahasia umum ya. Yang namanya teori itu, gak selalu sejalan sama prakteknya. Apalagi yang namanya hidup. Susah banget kalo harus sesuai terus sama teori.
Tapi namanya juga ibu baru, dan udah terlanjur mabok teori. Menerima kenyataan bahwa gak semuanya harus sesuai sama teori itu bisa jadi satu problematika sendiri loh. Dibutuhkan pikiran yang adem dan hati yang lapang.
3. Idealis
Ini bisa dibilang dampak dari point kedua ya. Gara-gara kebanyakan teori, ibu baru biasanya idealis sekali.
Idealis itu bukan hal buruk sih. Tapi kadang juga bisa jadi problematika baru bagi ibu baru.
Kok bisa jadi problematika?
Misal nih, saya dulu kekeuh pengen bertekad Faza makannya harus full homemade, dan no gulgar. Minimal sampe usia setahun. Ehh tiba-tiba ada satu kondisi dimana saya belum sempat masak dan Faza sudah harus makan. Lalu ayahnya membelikan bubur bayi sehat yang sedang menjamur itu.
Saya cicipi, ternyata ada rasa asinnya meski dikiitt banget. Tapi Fazanya lahap banget 😠Pas berdua di kamar sama mas suami aja, saya nangis sejadi-jadinya. Nangis karna idealisme saya harus terpatahkan gara-gara Faza makan bubur beli di luar dan pake garam.
Nah, ini nih yang jadi problematika. Idealisme sebenernya gak masalah. Cuma kadang idealisme bikin kita sedih, merasa bersalah, stress, dll ketika kita ada di situasi yang serba gak ideal.
4. Serba Salah
Namanya juga ibu baru ya. Pasti masih minim banget pengalaman lah. Masih serba coba-coba. Masih dalam tahap trial & error macem-macem teori yang ada di kepala.
Masalahnya, gak semua orang yang ada di sekeliling ibu baru itu paham dan maklum sama ini. Alhasil, seringkali ibu baru dibikin serba salah.
Mau mandiin bayi newborn misalnya. Duh kok takut yaa pegang bayi yang masih kecil banget. Trus ada yang komentar, ayoo dong nyoba. Kalo gak nyoba kapan bisanya.
Begitu nyoba, eh adaaaa aja yang salah caranya. bikin makin grogi.
Apalagi sebagai ibu baru yang udah baca banyaaakkk sekali ilmu parenting. Kadang ini juga bisa jadi sumber problematika baru ketika orang-orang di sekitar kita tipe yang masih menjunjung tinggi cara yang dipakai sejak nenek moyang -- yang kadang udah gak relevan.
Pokoknya banyak-banyak minum es biar tetep adem. Haha.
5. Baby Blues
Babyblues bisa dibilang merangkum keseluruhan problematika dari point pertama sampe keempat. Saya gak akan bahas panjang, karna saya merasa belum punya kapasistas untuk bahas ini.
Tapi kalo boleh saya kasih saran, pliss kalian para calon ibu baru, baca juga soal ini yaa. Biar nanti bisa lebih aware ketika ada yang gak beres sama diri kita setelah menjadi ibu baru. Suruh juga suami kalian baca. Biar dia bisa jadi support system yang oke buat kalian.
Baca juga: Begini Ternyata Rasanya Baby Blues
Pokoknya, menjadi ibu baru itu harus punya segudang stok sabar. Harus punya hati seluaaasss lapangan. Akan ada problematika demi problematika yang mau gak mau harus kita hadapi.
Jadi jangan dikira menjadi ibu baru itu isinya akan manis-manis saja ya. Jangan dikira hanya akan ada bahagia melihat anak tumbuh sehat, ceria, ganteng/cantik, pinter, dll. Kehadiran mereka juga akan menjadi triggers untuk banyaakkk problematika.
Etapi jangan jadi enggan belajar dan baca teori-teori parenting yaaa gara-gara baca tulisan ini. Belajar sih tetep HARUS! Penyikapannya aja yang perlu ditata 😊
Baca juga: Tips Untuk Calon Ibu
Jangan lupa bahagia yaaa buibu semuaaa 😘
Namanya juga ibu baru ya. Pasti masih minim banget pengalaman lah. Masih serba coba-coba. Masih dalam tahap trial & error macem-macem teori yang ada di kepala.
Masalahnya, gak semua orang yang ada di sekeliling ibu baru itu paham dan maklum sama ini. Alhasil, seringkali ibu baru dibikin serba salah.
Mau mandiin bayi newborn misalnya. Duh kok takut yaa pegang bayi yang masih kecil banget. Trus ada yang komentar, ayoo dong nyoba. Kalo gak nyoba kapan bisanya.
Begitu nyoba, eh adaaaa aja yang salah caranya. bikin makin grogi.
Apalagi sebagai ibu baru yang udah baca banyaaakkk sekali ilmu parenting. Kadang ini juga bisa jadi sumber problematika baru ketika orang-orang di sekitar kita tipe yang masih menjunjung tinggi cara yang dipakai sejak nenek moyang -- yang kadang udah gak relevan.
Pokoknya banyak-banyak minum es biar tetep adem. Haha.
5. Baby Blues
Babyblues bisa dibilang merangkum keseluruhan problematika dari point pertama sampe keempat. Saya gak akan bahas panjang, karna saya merasa belum punya kapasistas untuk bahas ini.
Tapi kalo boleh saya kasih saran, pliss kalian para calon ibu baru, baca juga soal ini yaa. Biar nanti bisa lebih aware ketika ada yang gak beres sama diri kita setelah menjadi ibu baru. Suruh juga suami kalian baca. Biar dia bisa jadi support system yang oke buat kalian.
Baca juga: Begini Ternyata Rasanya Baby Blues
Pokoknya, menjadi ibu baru itu harus punya segudang stok sabar. Harus punya hati seluaaasss lapangan. Akan ada problematika demi problematika yang mau gak mau harus kita hadapi.
Jadi jangan dikira menjadi ibu baru itu isinya akan manis-manis saja ya. Jangan dikira hanya akan ada bahagia melihat anak tumbuh sehat, ceria, ganteng/cantik, pinter, dll. Kehadiran mereka juga akan menjadi triggers untuk banyaakkk problematika.
Etapi jangan jadi enggan belajar dan baca teori-teori parenting yaaa gara-gara baca tulisan ini. Belajar sih tetep HARUS! Penyikapannya aja yang perlu ditata 😊
Baca juga: Tips Untuk Calon Ibu
Jangan lupa bahagia yaaa buibu semuaaa 😘
Aku kok mesem-mesem sendiri baca yang mabok teori dan idealis haha aku bangeeeeet
BalasHapuswkwkwkwk....
Hapusxixixi... saya banget itu mbak yg mabok teorii... ikut kelas ini itu anu yang intinya seputar parenting, baca teori a b c d e f g, yang intinya ingin jadi ibu idealis... ndilalah pas jadi ibu beneran... ada beberapa hal yang enggak bisa saklek wkk
BalasHapustapi seruu y mbaa