Sebagai orangtua baru, belajar parenting sepertinya merupakan hal yang mutlak untuk saya lakukan. Soalnya materi di sekolah, gak sekalipun ngajarin saya tentang ini. Soal gimana caranya nenangin bayi ketika rewel, atau soal gimana pelekatan yang baik biar puting gak lecet. Iya, kan?
Belajar parenting bisa dibilang sudah saya lakukan sejak sebelum menikah. Yah meskipun gak maksimal. Saya belajar melalui buku-buku bertema parenting, salah satunya adalah seri buku 5 Guru Kecilku karya Kiki Barkiah. Sewaktu kuliah, saya juga pernah beberapa kali ikut kajian yang membahas tentang peran ibu sebagai madrasah utama bagi anak-anaknya.
Tapi yang paling intens, tentu saja saya belajar melalui orang-orang di sekitar saya. Belajar dari keteladanan ibu saya pada saya dan kakak-kakak, dari sikap kakak-kakak saya pada ponaka-ponakan saya, atau bahkan dari sikap tetangga pada anak-anaknya.
Ya, sumber untuk belajar parenting luas dan banyaaakk sekali. Seperti yang dipaparkan Mbak Inna Riana dalam tulisannya yang berjudul Belajar Parenting dari Sekitar Kita dalam #KEBloggingCollab.
Lalu, kalo sudah belajar parenting banyaaakkk sekali melalui berbagai sumber, apakah menjamin kita akan menjadi orangtua yang berhasil mencetak anak-anak hebat dan cemerlang dalam segala hal?
Saya rasa gak ada jaminan soal ini.
Sebagai orang tua baru, jujur kadang terlalu banyak membaca teori malah bikin saya bingung menghadapi suatu kondisi. Aduh, kok gini ya, berarti saya harus gini. Eh tapi kemarin teori di buku A kan seharusnya gini. Lalu mabok sendiri 😂
Mas suami juga kadang gemes sama saya. Misal ada kondisi tertentu, beliau bersikap A. Lalu saya akan nyerocos, "Yah, enggak kayak gitu seharusnya! Kalau kata artikel yang kemarin aku baca, seharusnya itu bla bla bla" -- yang mana kadang bla bla bla itu juga gak pas untuk diterapin secara saklek saat itu.
Lalu saya merenung. Apa iya jadi orang tua itu sesulit ini? Bisa jadi iya. Karna kalo jadi orang tua itu gampang, gak mungkin hadiahnya adalah surga. Mungkin cuma kipas angin 😂
Tapi ketika Allah mempercayai seseorang untuk menjadi orang tua, pastilah Allah telah membekali kita dengan sesuatu yang bikin kita pasti bisa jadi orang tua.
Apa itu? Insting sebagai orang tua.
Contohnya, gak usah deh kita baca tentang macam-macam arti tangisan bayi. Pasti lama-lama kita akan paham. Ooh si dedek nangis karna lapar. Ooh si dedek nangis karna bosen. Dan seterusnya.
Lalu, apakah itu artinya belajar parenting itu gak perlu?
Oh, tentu bukan seperti itu. Maksud saya, mari tetap belajar tentang ilmu parenting sebanyak mungkin. Tapi tetap sandingkan dengan insting kita sebagai orang tua. Jadi biar gak kaku banget harus selalu sesuai teori. Kan mengasuh anak gak sama seperti praktikum jaman sekolah yang harus plek dengan buku, kan?
Ada satu lagi yang gak boleh kita lupakan ketika belajar parenting.
Yaitu, keteladanan. Ini sering sekali kita (atau cuma saya?) lupa, ya 😑
Kita sibuk belajar mendidik anak agar menjadi pribadi yang jujur, eh kitanya justru mengajarkan kebohongan dengan bilang kalau gak mau makan nanti disuntik dokter. Kita belajar keras tentang tips dan trik agar anak gak terdistraksi gadget, eh kitanya nemenin anak bermain sambil selalu sibuk dengan gadget.
Kan jadi lucu ðŸ˜
Artinya, semakin banyak kita belajar ilmu parenting, harusnya semakin banyak juga usaha kita untuk terlebih dahulu mempraktekkan dan menerapkannya pada diri kita. Gitu, kan? Belajar parenting sejatinya adalah belajar mendidik diri sendiri untuk menjadi pribadi yang jauh lebih baik 👸
Hayolohhh, jangan jadi hopeless terus ngambek gak mau belajar lagi yaaa 😂 Yuk ah, semangaatttt! 😇
Lalu, kalo sudah belajar parenting banyaaakkk sekali melalui berbagai sumber, apakah menjamin kita akan menjadi orangtua yang berhasil mencetak anak-anak hebat dan cemerlang dalam segala hal?
Saya rasa gak ada jaminan soal ini.
Sebagai orang tua baru, jujur kadang terlalu banyak membaca teori malah bikin saya bingung menghadapi suatu kondisi. Aduh, kok gini ya, berarti saya harus gini. Eh tapi kemarin teori di buku A kan seharusnya gini. Lalu mabok sendiri 😂
Mas suami juga kadang gemes sama saya. Misal ada kondisi tertentu, beliau bersikap A. Lalu saya akan nyerocos, "Yah, enggak kayak gitu seharusnya! Kalau kata artikel yang kemarin aku baca, seharusnya itu bla bla bla" -- yang mana kadang bla bla bla itu juga gak pas untuk diterapin secara saklek saat itu.
Lalu saya merenung. Apa iya jadi orang tua itu sesulit ini? Bisa jadi iya. Karna kalo jadi orang tua itu gampang, gak mungkin hadiahnya adalah surga. Mungkin cuma kipas angin 😂
Tapi ketika Allah mempercayai seseorang untuk menjadi orang tua, pastilah Allah telah membekali kita dengan sesuatu yang bikin kita pasti bisa jadi orang tua.
Apa itu? Insting sebagai orang tua.
Contohnya, gak usah deh kita baca tentang macam-macam arti tangisan bayi. Pasti lama-lama kita akan paham. Ooh si dedek nangis karna lapar. Ooh si dedek nangis karna bosen. Dan seterusnya.
Lalu, apakah itu artinya belajar parenting itu gak perlu?
Oh, tentu bukan seperti itu. Maksud saya, mari tetap belajar tentang ilmu parenting sebanyak mungkin. Tapi tetap sandingkan dengan insting kita sebagai orang tua. Jadi biar gak kaku banget harus selalu sesuai teori. Kan mengasuh anak gak sama seperti praktikum jaman sekolah yang harus plek dengan buku, kan?
Ada satu lagi yang gak boleh kita lupakan ketika belajar parenting.
Yaitu, keteladanan. Ini sering sekali kita (atau cuma saya?) lupa, ya 😑
Kita sibuk belajar mendidik anak agar menjadi pribadi yang jujur, eh kitanya justru mengajarkan kebohongan dengan bilang kalau gak mau makan nanti disuntik dokter. Kita belajar keras tentang tips dan trik agar anak gak terdistraksi gadget, eh kitanya nemenin anak bermain sambil selalu sibuk dengan gadget.
Kan jadi lucu ðŸ˜
Artinya, semakin banyak kita belajar ilmu parenting, harusnya semakin banyak juga usaha kita untuk terlebih dahulu mempraktekkan dan menerapkannya pada diri kita. Gitu, kan? Belajar parenting sejatinya adalah belajar mendidik diri sendiri untuk menjadi pribadi yang jauh lebih baik 👸
Hayolohhh, jangan jadi hopeless terus ngambek gak mau belajar lagi yaaa 😂 Yuk ah, semangaatttt! 😇
Diclaimer: tulisan ini hanyalah opini dari seorang ibu baru yang masih belajar jadi orang tua. Feel free kalo mau diskusi atau mengoreksi opini saya yaaa 😉
sepakat mba kita pengen anak ga bantung2 pintu tapi ortunya malah contohin, kita pgn anaknya solat tepat waktu tp ortuny malah anteng mainin gawai hahaha so klo mau mengajarkan maka berikan contoh real dulu y mb
BalasHapusnahh, betul mbaa :)
HapusDan belajar parenting itu belajar terus menerus. Dan semakin kita paham semakin bisa mendidik diri sendiri.
BalasHapusbetul sekali mbaa, gak boleh bosen yaa
HapusDan belajar parenting itu belajar terus menerus. Dan semakin kita paham semakin bisa mendidik diri sendiri.
BalasHapusDan belajar parenting itu belajar terus menerus. Dan semakin kita paham semakin bisa mendidik diri sendiri.
BalasHapusIya. Keteladanan itu penting banget...
BalasHapussetuju mbak :)
HapusBener banget,sering baca tentang banyak ilmu parenting kadang kita makin bingung hehe...ibu2 galau hehe
BalasHapussalam kenal mak^^
Itu bagian yang paling sulit, mendidik diri sendiri :(
BalasHapuskadang kebanyakan baca ilmu parenting malah bikin bingung, ya, mbak. kayak yang teori mengucapkan kata "jangan" pada anak. itu juga ada pro kontranya. heu
BalasHapusbelajar parenting itu ga ada habisnya. selalu ada hal baru yg bisa dipelajari. sering udh paham teorinya tapi prakteknya itu suka meleset hehe
BalasHapusBener Sa.. keteladanan. Makasih ya udah diingetin. Aku klo lagi suntuk sama ulah anak2 buka2 lagi Buku parenting 😸
BalasHapus"Kita sibuk belajar mendidik anak agar menjadi pribadi yang jujur, eh kitanya justru mengajarkan kebohongan dengan bilang kalau gak mau makan nanti disuntik dokter. Kita belajar keras tentang tips dan trik agar anak gak terdistraksi gadget, eh kitanya nemenin anak bermain sambil selalu sibuk dengan gadget."
BalasHapusParagraf itu berkesan sekali buat saya, Mbak. Setuju banget, mudah-mudahan nanti mendidik anak nggak pakai white lies segala.
keren bun
BalasHapusbayar cicilan