Minggu, 18 Desember 2016

Catatan Kehamilan: Periksa Keenam [27w] dan berbagai Drama yang Menyertainya

Alhamdulillah Ya Allah... Gak kerasa sekali sudah separuh lebih perjalanan kehamilan saya. Betapa bersyukurnya saya telah diijinkan untuk merasakan nikmat hamil ini.

Lagi-lagi, ini late post, tentang periksa kehamilan yang ke-enam pada tanggal 2 Desember 2016. Memasuki umur kehamilan 27 minggu ini, Alhamdulillah cenderung hampir gak ada keluhan. Em, kalaupun ada, paling migrain di pagi hari yang akan segera hilang dalam beberapa jam. Itupun Alhamdulillah udah gak saya rasakan beberapa hari terakhir.

Tapi, pada periksa kehamilan kali ini saya mendapat teguran sekaligus ultimatum oleh dokter. Gara-garanya, kami dibuat tercengang oleh angka timbangan yang menunjukkan kenaikan sebanyak 5 Kg sejak periksa kehamilan yang terakhir. Itu angka kenaikan yang berlebihan dalam sebulan, menurut dokter. Lalu dokter Retno bertanya apakah saya sering makan mie. Saya jawab tegas, tidak. Fiuhh, makan nyicip mie-nya mas suami dua sendok saja saya merasa bersalah sekali rasanya. Pertanyaan dokter berlanjut, apakah saya sering makan roti. Nah, kalo yang ini bikin saya meringis mengiyakan. Dalam sebulan ini, saya sering sekali makan roti. Gara-gara ibu mertua sempat masuk rumah sakit, rumah jadi kayak gudang roti dari para pembesuk. Ya siapa lagi yang menghabiskan kalau bukan kami yang sehat. Hehe. Setelah saya mengiyakan, dokter Retno tegas meminta saya berhenti ngemil roti, dan menghimbau untuk gak boleh ngemil selain buah.

Alhamdulillahnya, melalui pemeriksaan USG, berat badan adek bayi masih standar -- sesuai dengan umurnya. Tapi tetap saja dokter bilang kalau pola makan saya gak diatur mulai sekarang, bisa jadi di bulan-bulan terakhir berat badan adek bayi melonjak. Saat ini berat adek bayi sudah mencapai angka 1,02 Kg. Sehat. Lagi-lagi, Alhamdulillah. Ohya, soal keputihan, dokter tanya perkembangannya. Saya bilang tetap ada, tapi kuantitasnya sedikit. Menurut dokter retno, kalau sedikit dan gak berbau atau bikin gatal ya gak masalah.

Di akhir konsultasi, saya sempat bertanya kapan sebaiknya kalau mau USG 4D. Dokter Retno menyarankan akhir bulan Desember, atau awal Februari. Akhirnya, sebelum pulang saya mendaftar sekalian untuk USG 4D pada tanggal 22 Desember 2016, karna menurut petugas pendaftarannya kalau lebih dari tanggal itu usia kehamilan saya sudah terlalu tua untuk USG 4D. Takutnya jadi gak maksimal.

Konsultasi kami di periksa kehamilan ke-enam ini memang cenderung gak lama. Karna ya itu, Alhamdulillah saya hampir gak ada keluhan. Menjelang trimester ke-tiga ini, saya merasa enjoy. Mungkin karna badan saya sudah 'selesai' beradaptasi. Bengkak di kaki juga mulai berkurang.

Tapi, jalan cerita Allah memang sering sekali mengejutkan. Periksa kehamilan yang 'adem-ayem' tersebut, ternyata berlanjut dengan beberapa drama yang sama sekali gak terduga.

Drama Pertama

Rabu tanggal 7 Desember, saya masuk kerja seperti biasanya. Saya merasa sehat-sehat saja, sama sekali gak ada hal gak nyaman yang saya rasakan.

Sekitar pukul 10, saya ke dapur kantor untuk meminta tolong OB membelikan saya cemilan, karna lapar dan kebetulan lagi gak bawa persediaan cemilan dari rumah. Sekembalinya dari dapur, saya sekalian mampir toilet untuk pipis. Setelah pipis, saya terkejut melihat tissue yang saya gunakan untuk mengeringkan daerah kewanitaan berwarna merah. Saya coba sekali lagi, merah lagi. DEG, darah!

Jelas saya panik dan takut. Saya cari mas suami, ternyata gak ada di ruangannya. Akhirnya saya manggil mbak ipar yang juga kebetulan satu kantor. Sambil menangis, saya cerita bahwa saya pendarahan, dan memintanya mencari suami saya. Gak lama berselang, mas suami datang dengan wajah panik, dan langsung membawa saya ke UGD Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, ditemani mbak ipar juga.

Di UGD, seorang bidan mengecek detak jantung janin saya. Betapa lega ketika saya mendengar detak jantungnya masih sehat seperti biasa. Setelah ditensi, dll, saya dirujuk ke poly obsgyn untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Di poly obsgyn, saya diperiksa oleh dokter Yulice. Melalui USG, dokter mengatakan bahwa sebab pendarahan yang baru saja saya alami adalah karna letak plasenta saya rendah. Subhanallah :(

Sempat juga saya diperiksa 'dalam'. Alhamdulillah sudah gak ada tetesan darah. Tapi saya tetep harus waspada, karna kata dokter Yulice letak plasenta yang rendah bisa saja menyebabkan pendarahan lagi di lain waktu. Beliau meminta saya bedrest tiga hari, sekaligus menghimbau agar rencana mudik ke Jepara tanggal 10 Desember dibatalkan, setelah mas suami bertanya soal itu :(

Drama selanjutnya saya ceritakan di post yang berbeda, ya.. Sekaligus cerita tentang periksa kehamilan ke-tujuh.

2 komentar:

  1. Cerita kehamilan memang gak ada habisnya ya mba :D
    semoga sehat selalu sampai due date yaaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, gak ada habisnya
      Aamiiiin, makasih mbak :)

      Hapus

Terimakasih telah mampir ke rumah maya sederhana saya... tinggalkan kesanmu, ya :)