Jumat, 21 Mei 2021

Cerita Promil Anak Kedua (Part 1)

 Wow, sama sekali tidak pernah terbersit dalam bayanganku, akan datang masa di mana saya menulis tentang kisah perjuangan promil seperti ini di anak kedua.

Kenapa begitu? Karena saya kepedean gilak. Dulu di kehamilan pertama, bisa dibilang saya 'ujug-ujug' hamil. Hanya selang satu bulan setelah menikah. Tadinya saya ngira nanti pas saya udah pengen punya anak kedua, ya tinggal 'bikin aja', terus ujug-ujug hamil juga seperti anak pertama.

Ternyata saya salah. Tidak semudah itu, Maemunah. Huhu.

cerita-promil-anak-kedua

 

 

Ini mungkin sekaligus 'sentilan' kecil dari Allah untuk saya. Dulu setelah Faza lahir, saya selalu bilang ih jangan sampai hamil lagi dulu. Pokoknya saya kekeuh hamil harus sesuai rencana.

Tulisan ini salah satu buktinya: Tentang Keputusan Nambah Anak

Bahkan saya sampai merencanakan mau hamil lagi bulan apa, biar lahirnya di bulan yang sama dengan Faza. Saya seolah lupa, anak itu bener-bener sepenuhnya hak Prerogatif Allah. Siapa saya ini kok congkak banget merasa bisa ngatur-ngatur, ya kan?

Tapi ya udah. Tidak untuk disesali, cukup diistighfari dan ditaubati. Alhamdulillah Allah mengingatkan saya, sehingga saya gak jadi manusia yang makin congkak.

Oke deh, hayuk kita mulai cerita perjuangan promil saya untuk mendapatkan amanah anak kedua. 

Promil Anak Kedua

Tahun 2019 lalu, kakak pertama saya sedang hamil anak ketiga. Waktu itu saya bilang ke suami, oke deh nanti setelah beliau lahiran, kita mulai program anak kedua.

Pertengahan 2019, kakak saya melahirkan. Sejak saat itu, saya dan suami juga mulai ikhtiar untuk mendapatkan momongan lagi. FYI, kami gak pakai alat kontrasepsi apapun sejak Faza lahir. Hanya mengatur sendiri dengan kalender (karena jadwal mens saya selalu teratur), ditambah ikhtiar 'tembak luar'.

Sampai masuk 2020, ternyata saya belum kunjung hamil. Sempat bertanya-tanya dan agak gak nyangka, karena sekali lagi, tadinya kami optimis banget bakal secepat saat pertama hamil. Tapi juga belum terlalu panik, karena sepertinya saat itu tekad dan mental kami belum benar-benar bulat untuk punya anak lagi.

Bulan demi bulan, tekad kami makin bulat, Faza juga sudah mulai makin sering bilang bahwa dia ingin punya adik, tapi qodarullah saya masih juga belum hamil. Mulai lah saya agak panik.

Akhirnya, Bismillah, saya memutuskan untuk datang ke dokter kandungan. Berniat untuk memulai promil, sekaligus karena kebetulan saya juga mulai merasa ada yang gak beres dengan tubuh saya.

Sinyal Tidak Beres Pada Tubuh

Sinyal ketidakberesan yang langsung saya sadari sekitaran pertengah tahun 2020 adalah saat saya gak mendapati adanya lendir serviks di kisaran tanggan masa subur saya. Kenapa saya langsung sadar dan merasa aneh? Ya karena biasanya, setiap masa subur datang, selalu ditandai dengan keluarnya lendir serviks.

Sudah pada tau kan bahwa masa subur salah seorang wanita ditandai salah satunya dengan adanya lendir serviks yang mirip putih telur dan teksturnya elastis?

Nah, saat itu, sama sekali gak ada. Bener-bener kering.

Jujur saja saya langsung panik dan bertanya-tanya. Kenapa? Apa yang salah? Apakah saya tidak mengalami masa subur alias tidak terjadi ovulasi pada diri saya? Apakah ini salah satu sebab promil anak kedua kami tidak kunjung membuahkan hasil?

Tapi saya gak langsung memutuskan ke dokter saat itu juga. Saya masih ingin mengamati dulu sejauh mana alarm yang diberikan oleh tubuh saya. Siapa tau cuma karena bulan itu saya stress atau kecapekan, lalu bulan depannya sudah normal lagi.

Ternyata, saya salah. Bulan berikutnya pun saya masih tetap gak mendapati lendir serviks yang biasa muncul pada tanggal masa subur. Hingga kurang lebih tiga bulanan hal itu terjadi, baru akhirnya saya memutuskan untuk datang ke dokter.

Mencari dan Memilih Dokter Kandungan Perempuan di Semarang

Ini bagian yang paling bikin pusing. Emm, bukan pusing sih, tapi apa yaaa... yah, gitu lah pokoknya. Butuh effort tersendiri untuk mencari dan memilih dokter yang klik di hati. Yep, saya orang yang lumayan mengutamakan kenyamanan di hati saat memilih dokter. Saya butuh dokter yang mau dengan sabar mendengarkan berbagai keluhanku, lalu menanggapinya sesuai dengan kapabilitasnya.

Sejujurnya, saya ingin sekali ke dokter kandungan yang sama dengan saat saya hamil faza dulu. Sayangnya, dr. Retno sudah pindah dari Kota Semarang, dan menetap di kota lain.

Mau gak mau saya harus mencari dokter kandungan perempuan lain di Semarang ini. Setelah tanya sana-sini, cari reviewnya lewat google dll, akhirnya saya menjatuhkan pilihan pada dr. Hervy Purwiandari, Sp.OG di RSIA Anugerah Semarang.

Saya datang saat menstruasi hari ketiga, sesuai saran dari teman yang katanya kalau mau promil datangnya sebaiknya pas hari ketiga menstruasi.

Ternyataaa, salah. Kata dr. Hervy, datang di hari ketiga menstruasi itu benar jika kita sudah benar-benar mau start promil. Tapi sebelumnya tentu saja harus dilakukan pemeriksaan awal, agar bisa tau treatment apa saja yang harus diberikan untuk memulai promil.

Maka, hari itu gak ada pemeriksaan apapun yang dilakukan pada saya. Baru sekedar obrolan prolog tentang keluhan yang saya rasakan dan keinginan saya dan suami untuk promil anak kedua. Dr. Hervy kemudian meminta kami untuk datang lagi hari ke 10 menstruasi (kalau gak salah) agak bisa melakukan USG Transvaginal untuk melihat kondisi sel telur saya.

Pada hari yang sudah kami sepakati tersebut, saya datang lagi. Yang bikin saya takjub sama RSIA Anugerah Semarang ini adalah ketika hendak melakukan USG Transvaginal, mereka menyiapkan semacam pembungkus kaki khusus, juga selimut. Sehingga privasi alias aurat saya tetap sangat terjaga. Bahkan dokter pun gak melihat aurat saya lho. Wow, ini sebuah kemewahan sih menurut saya. Karena baru kali itu menemukan yang se-menjaga privasi itu.

Gimana hasilnya?

Dokter bilang, kondisi sel telur saya baik. Ukurannya normal. Tidak terlihat ada masalah sama sekali. Alhamdulillah.

Sejujurnya, saya antara lega dan bertanya-tanya. Gak ada masalah sama sekali? Masa sih? Tapi kok saya merasa alarm tubuh saya bunyi.

Tapi ya sudah. Lagi-lagi saya membungkam pikiran dan perasaan saya itu. Karena dokter bilang gak ada masalah, mungkin hanya stress atau kecapekan. Lalu menyarankan kami untuk mencoba lagi promil alami, dan hanya membekali kami dengan vitamin standar macam asam folat dll gitu lah.

Sampai akhirnya, Desember 2020 alarm tubuh saya kembali bunyi. Alarm apa tuh?

Udah kepanjangan. Lanjut Part 2 yaaa. Ditunggu :)

2 komentar:

Terimakasih telah mampir ke rumah maya sederhana saya... tinggalkan kesanmu, ya :)