Jumat, 19 Juni 2020

Catatan Ibu Profesional: Mencari Makna Diri

Dulu saya pikir, pencarian makna diri itu sudah selesai di masa-masa remaja hingga menginjak dewasa. Saya pikir, setelah menikah dan punya anak, saya tidak perlu lagi mencari makna diri karna saya akan dengan serta-merta menjadi 'utuh' ketika sudah berumah tangga dan melahirkan seorang anak.

Bukankah penanaman keliru seperti itu masih banyak terjadi di masyarakat kita? Seolah menikah dan punya anak adalah titik akhir bagi seorang wanita. Seolah setelah itu, kita tidak lagi bisa dan perlu mengembangkan diri.

Beruntungnya, kita ada di sebuah era di mana informasi berkembang amat cepat. Termasuk ilmu pengetahuan dan kesempatan belajar yang juga berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi informasi tersebut. Dengan banyaknya informasi yang saya dapat, saya jadi 'ngeh', ternyata saya belum boleh berhenti mencari makna diri. Saya harus terus berproses untuk membuat diri saya utuh sebagai pribadi, istri maupun ibu.

Maka, berikut adalah catatan saya dalam proses mencari makna diri.



Seperti Apa Aku Ini

Seperti apa saya ini?

Saya adalah seorang berkepribadian 75% introvert, 25% ekstrovert. Seperti umumnya orang introvert, saya kurang suka bertemu banyak orang. Bertemu dan mengobrol dengan banyak orang bagi saya cukup menguras tenaga.

Sejalan dengan itu, kemampuan komunikasi lisan saya tidak begitu baik. Saya bukan orang yang pintar memaparkan apa yang ada di kepala saya dnegan baik melalui lisan. Sebaliknya, saya lebih suka memaparkan isi pikiran saya melalui tulisan.

Meski begitu, Alhamdulillah saya punya sedikit jiwa ekstrovert yang membuat saya adakalanya merasa butuh bersosialisasi dan berkomunitas, meski tidak pernah bias maksimal dan sering membuat saya merasa kelelahan di tengah perjalanan, karena introvert saya jauh lebih mendominasi.

Saya juga seorang plegmatis yang cinta damai. Saya paling tidak suka dan tidak tahan dengan konflik. Hal itu membuat saya sering sekali menjadi ‘juru damai’ bagi orang-orang di sekitar saya yang sedang berkonflik. Saya senang menjadi penengah, dan punya kemampuan untuk ‘mendinginkan’ mereka.

Selain itu, saya adalah seseorang yang sangat mudah tertarik pada hal baru, dan ingin mempelajarinya. Terutama sejak jadi ibu. Saya ingin mempelajari banyak hal, hingga seringkali membuat saya merasa kewalahan dan kehilangan focus.

Alhamdulillah, sejak belajar di kelas matrikulasi IIP, saya jadi tau, bahwa belajar pun butuh skala prioritas. Kapasitas otak saya terbatas. Saya tidak mungkin bisa. Kalua dipaksakan, pasti tidak akan maksimal.

Nilai Apa yang Saya Miliki?

Saya senantiasa berusaha memegang nilai-nilai yang ada dalam Al Qur'an dan Hadist, meski masih jauuuuhh dari sempurna.

Saya juga punya beberapa nilai yang saya pegang dengan cukup teguh, di antaranya adalah: "Kita diperlakukan sebagaimana kita memperlakukan". Nilai tersebut sebagai pengingat bagi diri saya, bahwa jika kita ingin diperlakukan dengan baik, maka kita harus memperlakukan orang lain dengan baik pula.

Apa yang Membuat Saya Unik?

Yang membuat saya unik adalah, saya seorang introvert tapi punya cukup banyak teman dan tergolong cukup mudah akrab dengan orang baru. Selain itu, saya adalah pendengar yang cukup baik, sehingga banyak sekali teman yang memilih saya sebagai tempat curhat mereka. Termasuk bagi suami saya sendiri.

Selain itu, saya juga orang yang cukup peka terhadap perasaan orang lain, tapi di sisi lain sering 'tidak peduli; dengan sekitar, saat sedang melakukan sesuatu. Saya sering tenggelam dan asyik dengan dunia saya sendiri.

Apa yang Saya Perjuangkan?

Yang saya perjuangkan sebagai pribadi adalah saya ingin jadi seseorang yang punya energi positif dan bisa membagikan energi tersebut ke orang lain. Saya ingin menjadi orang yang punya kesehatan mental yang baik, sehingga saya bisa berinteraksi dengan orang-orang di sekitar saya tanpa menjadi toxic. Selain itu, saya juga berjuang untuk bisa terus menghasilkan karya yang membuat saya bisa mengapresiasi diri saya sendiri, dan pada akhirnya membuat saya semakin percaya diri.

Sebagai istri, saya sedang berjuang untuk menjadi istri sholihah bagi suami saya. Yang qona'ah, dan taat pada apapun perintahnya, sehingga kami bisa terus bersama tidak hanya di dunia, melainkan hingga surga.

Sebagai seorang ibu, saya berjuang untuk menjadi fasilitator terbaik bagi anak saya, dan mengantarkannya menjadi orang sholih yang mensholihkan orang lain, tapi tidak menjadikan kesholihannya untuk mengukur kesholihah orang lain.. Saya ingin membersamai tumbuh kembang anak saya, meski waktu yang saya miliki untuk mendampinginya tidak banyak, saya percaya kualitas jauh lebih penting dibanding kuantitas. Saya ingin menjadi ibu yang bisa sekaligus menjadi sahabat bagi anak saya hingga ia dewasa.

Apa Kesamaan Saya dengan IIP?

Kesamaan saya dengan IIP adalah sama-sama ingin selalu mengembangkan diri dan memberikan dampak baik bagi orang lain.

IIP juga menjadi wadah bagi banyak ibu untuk mengembangkan diri, seperti saya yang menjadi wadah bagi keluarga saya untuk mengembangkan diri.

NB: Tulisan ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Matrikulasi Batch 8 regional Semarang IIP.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah mampir ke rumah maya sederhana saya... tinggalkan kesanmu, ya :)