Selasa, 02 Agustus 2016

Catatan Kehamilan: Ngidam, Mitos Atau Fakta?


Pertanyaan yang hampir pasti ditanyakan ketika bertemu dengan seseorang yang tahu bahwa saya sedang hamil muda adalah, "Kamu ngidam apa?". Dan saya, pasti akan bingung menjawabnya. Bingung karna saya gak merasakan menginginkan sesuatu dengan teramat sangat -- yang konon merupakan ciri dari orang ngidam. Bingung kenapa hampir semua orang bertanya begitu, dan bingung apakah saya aneh karna hamil dan tidak ngidam?! Iya sih, saya menginginkan sesuatu. Tapi taraf pengennya sama saja seperti dulu-dulu sebelum saya hamil, bahkan sebelum saya menikah. Tiba-tiba kepikiran suatu makanan, pengen, berusaha mewujudkan, kalo dapat Alhamdulillah, enggak ya gak papa. Gak pernah yang tiba-tiba pengen sesuatu tengah malam, terus maksa suami mencarikan saat itu pula. Saya berkali-kali memang pengen mangga muda sih. Tapi bukan karna ngidam, melainkan memang sangat suka dengan mangga muda sejak masih gadis. Kebetulan saja musim mangga mudanya bertepatan dengan saya hamil muda, jadi banyak yang menghubung-hubungkan :D

Jadi, apakah saya aneh karna gak mengalami ngidam seperti wanita hamil kebanyakan? Ngidam itu fakta atau mitos sih sebenarnya? Pertanyaan-pertanyaan itu sempat berputar-putar dalam otak saya.

Kemudian saya googling. Dari beberapa artikel yang saya baca, hampir semua mengatakan bahwa sejauh ini belum ada penelitian ilmiah yang menyatakan bahwa ngidam merupakan sebuah fakta yang dialami oleh para ibu hamil. Ngidam itu biasanya gak lebih dari sebuah sugesti saja. Apalagi jika ketika hamil muda seseorang mengalami mual-mual hebat dan gak doyan makan, biasanya orang tersebut akan tersugesti untuk membayangkan makanan-makanan tertentu yang menurut bayangannya terasa enak -- meskipun saat sudah tersedia ternyata gak senikmat yang dibayangkan. Belum lagi tentang mitos jika ngidam tidak dituruti, maka si bayi kelak akan 'ngiler' alias terus-teruan mengeluarkan ludah. Sugesti dan mitos inilah yang akhirnya saling bersinergi membuat ngidam menjadi sesuatu yang seolah-olah penting sekali dan harus dituruti. Ini analisis pribadi saya saja sih. Hehe. Jika ada yang punya pendapat lain, dengan senang hati saya tunggu share-nya di kolom komentar, yah :)

Meski saya mengaku gak ngidam, tapi saya sering kok menginginkan sesuatu. Tapi apakah selalu saya tururti atau minta orang lain -- terutama suami -- untuk menuruti? Enggak! Saya berusaha pilih-pilih, mana keinginan yang boleh saya turuti, mana yang harus saya tahan. Sejak dulu, saya bertekad jika saatnya Allah mengijinkan saya hamil, saya gak pengen merepotkan orang lain -- terutama suami -- dengan keinginan-keinginan yang sekiranya gak memungkinkan untuk dituruti. Apalagi sampai menggunakan embel-embel "ini dedek bayi yang pengen", BIG NO buat saya. Saya gak pengen mengkambinghitamkan janin yang belum tau apa-apa demi kepentingan nafsu saya pribadi.

Jadi, saat menginginkan sesuatu, saya akan melihat beberapa faktor apakah keinginan tersebut boleh saya turuti atau gak perlu. Pertama, apakah sesuatu yang saya inginkan merupakan sesuatu yang mudah didapatkan? Kalau sekiranya susah, Insya Allah saya gak keberatan jika apa yang saya inginkan gak kesampaian. Kedua, meskipun keinginan saya mudah untuk dituruti, saya masih akan melihat satu hal lagi, yaitu kemanfaatannya. Saya harus sadar, dalam tubuh saya sedang ada sesosok jiwa lain yang tengah tumbuh, dan  ia masih lemah. Saya gak mau egois, memasukkan hal-hal yang sekiranya akan mengganggu dia atau gak bermanfaat buat dia. Jadi, kalo saya menginginkan -- misalnya -- buah-buahan, saya dan suami gak akan berpikir panjang untuk segera menuruti keinginan saya, karna kami tau Insya Allah buah bermanfaat buat si janin. Tapi jika yang saya inginkan adalah mie instan -- misalnya lagi -- saya akan sekuat tenaga melawan keinginan saya sendiri.

Apakah saya gak takut anak saya kelak akan 'ngiler'? Enggak, saya gak takut, karna saya gak percaya. Saya percaya bahwa Tuhan saya sesuai dengan apa yang saya persangkakan, jadi saya memilih berprasangka baik saja pada ketentuan-Nya. Lagipula, bukankah konon pendidikan anak itu dimulai sejak ia masih dalam kandungan? Jika sejak ia dalam kandungan ibunya gak belajar mengendalikan keinginan, takutnya ia juga belajar dan menyerap tentang hal itu :)

Ada satu hal lagi yang menguatkan tekad saya untuk gak selalu menuruti keinginan saat hamil dengan dalih ngidam. Yaitu sebuah tausiyah dari seorang guru saat bulan Ramadhan lalu, di sebuah majelis tarawih bersama. Saat itu saya belum tau bahwa saya hamil. Beliau menasehatkan agar kita banyak berdoa agar dikaruniai anak yang tidak merepotkan, salah satunya dengan ngidam macam-macam dan tidak masuk akal. "Tidak ada satu riwayat pun yang mengatakan bahwa ibunda para Nabi, Rasul dan para sahabat mengalami ngidam saat hamil. Maka, sebagai umatnya, seharusnya kita mewarisi hal itu. Jika kita ingin anak kita hebat sepert para Nabi dan sahabat, janganlah menjadikan mereka alasan untuk hawa nafsu kita", ucap beliau.

Sekian sharing dari Mom Wannabe sok tau. Perbedaan pendapat itu wajar, ya, teman... yuk, share pendapat kalian :)

3 komentar:

  1. Benar juga tuh mba hamil muda selalu identik dengan kata ngidam dan banyak ibu hamil yang mengkambinghitamkan janin yang belum tau apa-apa demu nafsu pribadi terhadap makanan atau barang yang harus di penuhi oleh suami

    BalasHapus
  2. kalau orang nyidam itu fakta,.. soalnya saya ngalami sendiri dengan istri saya... hehehe

    www.qurban-aqiqah.com

    BalasHapus
  3. waktu saya hamil mah gak ngidam apa2. hehehe

    BalasHapus

Terimakasih telah mampir ke rumah maya sederhana saya... tinggalkan kesanmu, ya :)